Jakarta(MedanPunya) PT Agincourt Resources (PTAR) buka suara usai beredar kabar terkait hubungan antara bencana longsor dan banjir bandang di Kecamatan Batang Toru, Tapanuli Selatan, Sumatra Utara, dan Tambang Emas Martabe.
Manajemen PTAR mengeklaim, titik utama dan awal bencana banjir terjadi di Desa Garoga, yang berada di Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Garoga, dan menyebar ke beberapa desa tetangga seperti Huta Godang, Batu Horing, Sitinjak, dan Aek Ngadol.
Bencana banjir bandang diakibatkan oleh ketidakmampuan alur Sungai Garoga menampung laju aliran massa banjir.
Hal ini dipicu oleh efek penyumbatan masif material kayu gelondongan di Jembatan Garoga I dan Jembatan Anggoli (Garoga II).
“Temuan kami menunjukkan bahwa mengaitkan langsung operasional Tambang Emas Martabe dengan kejadian banjir bandang di Desa Garoga merupakan kesimpulan yang prematur dan tidak tepat,” jelas manajemen PTAR, Rabu (3/12).
Efek sumbatan ini mencapai titik kritis pada sekitar 25 November sekitar pukul 10 pagi, menyebabkan perubahan tiba-tiba pada alur sungai;
akibatnya, dua anak sungai Garoga bergabung menjadi satu aliran baru yang menerjang langsung Desa Garoga.
Menurut manajemen PTAR, perusahaan beroperasi di sub DAS Aek Pahu yang secara hidrologis terpisah dari DAS Garoga.
“Meskipun kedua sungai tersebut bertemu, titik pertemuannya berada jauh di hilir Desa Garoga dan terus mengalir ke pantai barat Sumatra, sehingga aktivitas PTAR di DAS Aek Pahu tidak berhubungan langsung dengan bencana di Garoga,” jelasnya.
Lebih lanjut, katanya meskipun beberapa peristiwa longsoran terpantau di sub DAS Aek Pahu, tidak ada fenomena banjir bandang di sepanjang aliran sungai ini.
Pasalnya, menurut perusahaan, hal ini berbeda dengan Sungai Garoga;
tidak ditemukan aliran lumpur dan batang kayu yang intensif di Sungai Aek Pahu, yang dapat menjadi pemicu sumbatan masif.
Selama beroperasi, perusahaan juga mengeklaim terus mendukung upaya perlindungan lingkungan, termasuk konservasi air, udara, tanah, dan lebih jauh, konservasi keanekaragaman hayati berkolaborasi dengan institusi-institusi nasional maupun global.
Sebelumnya, banjir dan tanah longsor di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, meluas hingga mencakup 11 kecamatan yang menyebabkan korban jiwa, permukiman rusak, serta ribuan warga harus mengungsi.
Bencana ini terjadi setelah hujan deras dengan intensitas tinggi mengguyur wilayah tersebut sejak Senin (24/11/2025) pagi waktu setempat.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tapanuli Selatan mencatat, bencana di Tapanuli Selatan mulai terjadi sekitar pukul 07.00 WIB.
Sejumlah titik di kecamatan tersebut mengalami banjir, sementara kawasan lain tertimbun material longsor yang menyebabkan akses jalan warga terganggu.***kps/mpc/bs
