Pematangsiantar(MedanPunya) Video viral Jumita Vani Sidabutar yang menghina mendiang Hotdiman Sidabutar dan ketiga cucunya, korban kecelakaan beruntun di Jalan Asahan Km IV, Nagori Dolok Marlawan Kabupaten Simalungun, Kamis (19/11) beranjak ke babak baru.
Vani dilaporkan ke Polres Pematangsiantar atas dugaan ujaran kebencian dan penghinaan oleh keluarga besar Sidabutar.
Laporan itu dibuat istri Hotdiman Sidabutar, Lasaria Br Situmeang pada Selasa (24/11) sore.
“Semalam, Selasa (24/11) ke Polres. Laporan ujaran kebencian dan penghinaan,” ujar Lasaria, Rabu (25/11).
Lasaria yang masih diselimuti duka, bersama sanak keluarga menyampaikan bahwa semua yang dikatakan Vani dalam unggahannya di media sosial Facebook adalah bohong.
Justru semua terjadi sebaliknya.
“Nggak ada yang benar. Pertama, katanya dia waktu hamil mau dicelakai bapak (Almarhum Hotdiman Sidabutar). Padahal terbalik, bapak yang mau ditabrak. Kedua, katanya bapak mencuri barang dia. Terus katanya bapak mencuri PBB dari lurah. Tapi justru Ibu angkatnya sendiri lah yang mengambil PBB untuk membayar pajak,” ujar Lasaria.
“Terus katanya bapak mau usir dia dari rumah, padahal itu upaya untuk mengambil alih rumah usai menang gugatan di pengadilan. Saya tidak terima omongan dia itu kepada mendiang,” beber Lasaria.
Lasaria menjelaskan asal usul Jumita Vani Timbul Sidabutar dalam silsilah keluarganya.
Ia menjelaskan Vani saat bayi adalah anak orang tak dikenal yang dipungut dan diangkat kakak ipar Hotdiman Sidabutar bernama Nursinta Manik.
Nursinta Manik tak memiliki anak hingga mengangkat Vani sebagai putrinya. Masa itu, keluarga pun setuju dengan harapan bisa menemani Nursinta Manik sehari-hari.
“Dia nggak punya darah Sidabutar. Cuma anak angkat dia itu,” ujar Lasaria.
Seiring berjalannya waktu, Nursinta Manik yang semakin tua dan sering sakit-sakitan kemudian berniat mewariskan hunian yang ia tempati di Lorong 29, Kelurahan Siopat Suhu, Kecamatan Siantar Timur, Kota Pematangsiantar kepada Vani.
Kemudian pada tahun 2016, ujar Lasaria, antara Nursinta Manik dan anak angkatnya Jumita Vani Timbul Sidabutar mulai berseteru.
Nursinta Manik mulai dianiaya oleh Vani yang tampak menginginkan ibu angkatnya ini meninggal dunia.
“Sejak dia mulai pacaran dengan si Nainggolan itu, kakak kami (Nursinta Manik) mulai dianiayanya. Dari situ Kakak kami pun ingin mencabut nama Vani sebagai ahli waris/hibah. Di sini lah mulai konflik,” ujar Lasaria.
“Mau dimasukkannya kakakku, Nursinta ke panti jompo. Tapi kata kakakku, ‘Antar aku ke rumah edakku aja’,” ujar Lasaria menirukan suara Nursinta Manik yang telah meninggal dunia dua tahun lalu.
Belakangan Hotdiman Sidabutar membantu Nursinta Manik menengahi hubungan dengan Vani, meski akhirnya perseteruan justru berangkat ke Pengadilan Negeri Pematangsiantar pada Maret 2019.
“Majelis hakim memutuskan kakak kami, Nursinta Manik memenangi gugatan pencabulan hibah kepada Vani. Dari sinilah dia berpikir mendiang bapak (Hotdiman Sidabutar) mencampuri hubungannya dengan ibu angkatnya,” tutup Lasaria.
Sebelumnya, hanya beberapa jam setelah tabrakan beruntun di Jl Asahan Km 4, Simpang Karangayer, Kelurahan Dolok Marlawan, Kecamatan Siantar, Kabupaten Simalungun yang merenggut nyawa lima orang, beredar video seorang wanita berkacamata yang gembira atas kecelakaan maut tersebut.
Bahkan wanita yang menggendong putrinya mengadakan siaran langsung dari akun facebooknya Mamanya Stevie Clarissa Nainggolan, Kamis (19/11) malam.
Dia menyampaikan kegembiraan atas tragedi yang menimpa keluarga Hotdiman Sidabutar dan ketiga cucunya.
Dalam tabrakan beruntun yang melibatkan 12 kendaraan, Kamis pagi sekitar pukul 09.30 WIB, Hotdiman Sidabutar (60) dan ketiga cucunya: Love Viona Angely Sidabutar (7), Fincent Frey Amsal Sidabutar (6), Digibran Natanael Sidabutar (3) meninggal dunia.
Korban tewas lain adalah Charles Sianipar (45), warga Jalan Bunga Zaitun, Kecamatan Siantar, Simalungun.
Belakangan terungkap nama si wanita berkacamata adalah Jumita Vani Sidabutar, keponakan almarhum Hotdiman Sidabutar.
Jumita Vani Sidabutar memanggil Hotdiman Sidabutar sebagai bapauda atau paman.
Ternyata Jumita Vani Sidabutar masih menyimpan dendam karena bersengketa masalah harta dengan almarhum Hotdiman Sidabutar seperti yang diutarakan dalam live tersebut.
Akun FB ‘Mamanya Stevie Clarissa Nainggolan’ akhirnya hilang, tapi videonya sudah didownload netizen lain dan diunggah ulang.
Satu akun yang mengunggah ulang video ini adalah Melda Theodora Silaen.
“Wujud iblis itu ngak melulu bicara menyeramkan,ada juga dalam wujud wanita cantik.wanita cantik yg ternyata iblis ini tidak punya hati nurani,bahkan naluri ibunya mungkin sudah lama dia cabut,sehingga dia merasa tidak bersalah meneriaki korban tabrakan beruntun dengan lantang dilivenya,seandainya iblis bisa kita liat ngomong pasti ngomong ini perempuan kok level sadisnya diatas iblis ya..mudah2an kau terima karmamu secepatnya,supaya kau tau bagaimana sakitnya ibu dari anak2 itu menanggung dukanya…dan perempuan iblis itu harus diberikan hukuman moril…” tulis Melda Theodora Silaen, Jumat (20/11/2020).
“Apa yg ada dihati dan pikiranmu nona,sampe sedikitpun naluri ibumu tak bergeming melihat kesedihannya,malah kau bersorak Sorai seperti dapat lotre…miris,” tulis Melda Theodora Silaen.
Dalam video yang diunggah di akun Melda Theodora Silaen, Jumita Vani Sidabutar berada di dalam mobil bersama suami dan putrinya. Suasana di mobil itu gelap karena sudah malam hari.
Dalam beberapa kesempatan sang suami yang mengemudikan mobil mengamini dan mendukung pernyataan sang istri yang sangat menyakitkan bagi korban dan bagi siapa saja yang tahu tragisnya kecelakaan ini.
”JJM (jalan-jalan malam) dulu. Besok mau makan besar,” ujarJumita Vani Sidabutar membuka livenya.
Ketika putrinya mengangkat kaki ke pintu mobil, Jumita Vani Sidabutar menyinggung soal mobil pinjaman.
“Nggak apa-apalah. Mobil sendiri. Mobil pribadi. Bukan mobil pinjaman. Kayak yang sudah dead (meninggal, red).”
”Karma sudah dibayar tunai.”
“Gak nyangka aja. Padahal, kita sudah sampai main hukum. Kok cepat kali matinya? Ini loh (putrinya) yang kemarin-kemarin itu kau siksa waktu masih di dalam perutku. Terlalu banyak bacotmu. Aku lagi hamil kemarin. Mati kau sekarang. Makanya, jangan jahat-jahat kali di dunia ini, geng. Nyawa dibalas dengan nyawa. Nyawa dibalas nyawa.”
“Harta orang kok diurusi. Sudah jelas-jelas itu rumah pribadiku, kau gugat. Suka-suka hatimu menggugat-gugat. Sudahlah. Aduh-aduh.”
“Sekarang, kau berantam sama si Fuso. Menang Fusonya lah. Mana mungkin kau menang lawan Fuso? Sejago apapun kau, nggak mungkin kau menang lawan Fuso. Pasti kau mati lawan fuso. Makanya, tengok-tengok (lihat) yang kau lawan.”
”Sudah lama aku tidak live di Facebook dan sudah lama juga tidak merepet. ”
“Kita sudah mau sampai kasasi. Ngerti kalian kasasi? Kita itu sudah sidang. Pengadilan loh pengadilan. Sekarang, mati.”
“Mati kok bawa-bawa cucu. Tapi, nggak apa-apa lah. Biar ada kawannya.”
Lalu, ia menuturkan, karma sudah dibayar tunai.
“Padahal, kita sudah sampai main hukum. Kok cepat kali matinya? Ini loh (putrinya) yang kemarin-kemarin itu kau siksa waktu masih di dalam perutku. Terlalu banyak bacotmu. Aku lagi hamil kemarin. Mati kau sekarang. Makanya, jangan jahat-jahat kali di dunia ini, geng. Nyawa dibalas dengan nyawa. Nyawa dibalas nyawa,” katanya.
Lalu, ia mengisahkan soal sengketa rumah pribadinya yang digugat oleh orang lain di pengadilan.
“Harta orang kok diurusi. Sudah jelas-jelas itu rumah pribadiku, kau gugat. Suka-suka hatimu menggugat-gugat. Sudahlah. Aduh-aduh,” ujarnya.
Jumita Vani Sidabutar berpesan agar mempertimbangkan siapa lawannya dalam berperkara.
“Sekarang, kau berantam sama si Fuso. Menang Fusonya lah. Mana mungkin kau menang lawan Fuso? Sejago apapun kau, nggak mungkin kau menang lawan Fuso. Pasti kau mati lawan fuso. Makanya, tengok-tengok (lihat) yang kau lawan,” ungkapnya.
Jumita Vani Sidabutar mengaku sudah lama tidak live di Facebook dan sudah lama juga tidak merepet. Alasannya karena mengurus persidangan silang sengketa rumah pribadinya, yang dia tempuh lewat kasasi.
Kita sudah mau sampai kasasi. Ngerti kalian kasasi? Kita itu sudah sidang. Pengadilan loh pengadilan. Sekarang, mati.”
“Mati kok bawa-bawa cucu. Tapi, nggak apa-apa lah. Biar ada kawannya.”
“Kek mana supir Fusonya, ya? Masih hidup nggak? Jadi, siapapun kalian yang tahu nomor supir Fuso, tolong ya kasih tahu nomornya ke aku. Inbox! Aku mau bilang makasih. Makasih banyak.”
“Dia iblis itu. Yang mati itu, iblis. Jadi, nggak perlu kalian kasihani. Itu iblis. Dia mau incar rumahku.”
“Tahun 2006, itu dia yang bobol rumahku. Nggak ku apakan sih. Tapi, kami masuk pengadilan. Sudah mati pula dia. Rencana mau sampai kasasi,” ujarnya.
“Sudah dipersiapkan duit banyak-banyak. Mati lagi. Beraninya bayar hakim. Sok berani bayar hakim. Buktikanlah. Sudah habis duit kau bayar hakim, mati pula kau,” ungkapnya.
“Cemananya matimu? Berserak kau mati kan. Berserak. Bercecer semua. Bercecer. Kau lawan-lawan anak yatim. Anak yatim itu yang nggak bisa dilawan. Biar tahu kau. Jangan cuma mempermalukan aku. Kau viral-viralkan aku. Sekarang, kuviralkan kau.”
“Mananya? Percuma sudah sampai pengadilan kita. Kalah kau? Sampai sini kau kalah? Sampai sini kau kalah? Mati kau kan. Matimu pun ngeri kali. Ditabrak Truk Fuso. Yang sudah ngeri kalinya rupanya nasibmu.”
“Nggak usah kalian bagi-bagikan itu. Dia itu orang jahat. Dia itu udah menggugat aku. Gugat atas rumahku sendiri ‘Jumita Vani Sidabutar. Katanya, harta miliknya. Aduh say, itulah nasibmu say. Belum dua tahun kita sidang. Kok cepat kali kau mati?”
“Makanya say, mulut itu agak direm lah. Aku pun merepet adanya buktinya semua. Adanya video dia datang ke pengadilan, menggugat aku. Tapi, menggugat yang nggak hartanya. Harta orang digugatnya. Katanya miliknya. Miliknya darimana? Kereta-mu (sepeda motor, red) pun Supra. Dimasukkan ke Truk Fuso. Ditarik-tarik Truk Fuso. Aduh, aduh. Matilah aku.”
***trb/mpc/bs