Nisel(MedanPunya) Pengerjaan pembangunan gedung SMAN 3 Huruna, Kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara (Sumut), yang sempat viral karena rusak parah tak kunjung tuntas alias mangkrak. Pihak sekolah berharap Gubernur Sumut (Gubsu) Edy Rahmayadi menegur pihak yang mengerjakan proyek.
Ketua Komite SMAN 3 Huruna, Yurisman Laia, mengatakan SMAN 3 Huruna mendapat bantuan pembangunan gedung sekolah sebanyak delapan paket pada tahun 2021. Kedelapan itu terdiri dari pembangunan ruangan laboratorium biologi, ruangan laboratorium fisika, ruangan jamban, ruangan kepala sekolah, ruangan kimia, ruangan tata usaha, ruangan UKS, dan ruangan komputer.
Yurisman mengatakan para pelajar sangat bahagia karena gedung sekolah mereka akhirnya mulai diperbaiki. Para pelajar sempat berharap mereka tak perlu lagi belajar di gedung darurat berlantai tanah dan beratap rumbia.
Tapi, proyek gedung tersebut tak kunjung tuntas. Yurisman mengatakan, dari delapan paket pengerjaan itu, tak ada satu pun yang selesai.
“Pada tanggal 7 bulan Februari 2022 yang lalu saat ke lokasi untuk mengikuti serah-terima kepala sekolah yang baru kami melihat papan proyek SMA 3 Huruna di mana pekerjaan ini dimulai Agustus 2021 dan selesai Oktober 2021. Tapi, faktanya progres pekerjaan bervariasi ada yang nol persen progresnya, ada yang 20 persen dan ada yang 60 persen. Artinya dari delapan paket pembangunan di SMA 3 Huruna satupun tak selesai,” kata Yurisman, Senin (28/3).
Yurisman juga sempat menanyakan soal gedung itu ke masyarakat sekitar. Mereka menyebut pengerjaannya masih dilanjutkan.
“Saat itu saya tanya ke salah satu masyarakat setempat apakah para rekanan masih lanjutkan ini, katanya masih. Dalam hatiku, paket pekerjaan multiyears sampai-sampai Februari 2022 masih dikerjakan. Sayangnya, Dinas Pendidikan Sumut punya jejaring di mana-mana tapi diam-diam saja,” sebut Yurisman.
Yurisman mengatakan sekolah itu diperbaiki atas bantuan dari Gubernur Sumut Edy Rahmayadi. Dia berharap Edy menegur pihak yang mengerjakan proyek.
“SMAN 3 ini dulu pernah viral dan atas bantu Bapak Gubsu bangun dan sayang bangun ini mangkrak,” sebut Yurisman.
“Kalau sudah diputus (kontraknya) kita minta untuk dilanjutkan di tahun 2022 ini agar siswa SMAN 3 Huruna belajar seperti anak-anak sekolah lainnya tidak lagi belajar seperti sebelumnya belajarnya di gedung darurat yang berlantai tanah, berdinding papan dan beratap rumbia,” sambung Yurisman.
Dia berharap Gubsu memerintahkan jajarannya agar proyek itu dikerjakan oleh perusahaan lokal yang memahami kondisi wilayah. Dia juga berharap penegak hukum mengusut mengapa proyek ini mangkrak.
“Jika dilanjutkan di tahun 2022 ini kita minta Gubsu untuk memprioritaskan perusahaan anak daerah atau lokal jangan lagi seperti sebelumnya di mana paket ini dimenangkan oleh orang luar daerah yang tidak mengenal medan. Bilamana juga sudah dianggap selesai artinya sudah sebagian dibayar 100 persen, tentu kita minta supaya diusut,” ujar Yurisman.
Sebelumnya, gedung SMAN 3 Huruna beratap rumbia dan beralaskan tanah viral sejak 2019. Bila hujan mengguyur, ratusan murid sekolah negeri ini bakal libur.
Saat itu, ada 128 siswa yang belajar di tempat tidak layak ini. Ada 14 guru yang mengajar, terdiri atas dua PNS dan 12 tenaga honorer, plus satu pegawai tata usaha.
Gedung sekolah terdiri atas dua bagian bangunan, ada yang masih beratap rumbia dan satu lagi atapnya sudah diganti dengan seng. Namun semuanya masih berdinding kayu. Sekolah terdiri atas enam ruangan, tiga di antaranya ruang kelas.
Sekolah ini dibangun oleh warga secara gotong royong pada 2015. SMAN 3 Huruna telah menamatkan siswa sebanyak empat kali sejak 2016.
Kondisi SMAN 3 Huruna yang memprihatinkan direspons Gubsu Edy. Edy saat itu mengatakan akan memberikan perhatian lebih terhadap Nias Selatan. Secara pribadi, Edy juga berjanji akan lebih sering mengunjungi daerah tersebut.
“Pendidikan akan segera kita perhatikan, karena tanpa pendidikan ibarat manusia itu jalan di malam hari tanpa senter. Ini, akan kita perhatikan,” kata Edy di kantornya, Jalan Diponegoro, Medan, Rabu (18/9/2019).
Terkait dengan kondisi di Nias Selatan itu, Edy menyatakan banyak hal yang menjadi fokus perhatiannya.
“Memang nantinya, kayaknya, saya akan sering datang ke sana. Mengapa demikian, tidak boleh terlalu jauh, timpang. Saya akan lihat ke sana,” katanya.***dtc/mpc/bs