Madina(MedanPunya) Petani di berbagai desa di Kecamatan Panyabungan, Mandailing Natal (Madina), Sumatera Utara (Sumut), mengeluhkan irigasi untuk mengairi sawah mereka tak mengalir dalam satu tahun terakhir. Irigasi kering itu membuat petani sengsara hingga tidak bisa menanam padi.
“Sudah satu tahun irigasi ini mati, sejak bulan enam (Juni) tahun lalu,” kata salah satu petani, Ismail, Selasa (25/7).
Irigasi tersebut membentang dari Jalan Lintas Timur hingga ke Jalan Irigasi ini memiliki panjang hingga belasan kilometer. Akibatnya, ratusan hektar sawah yang biasanya dialiri air dari irigasi tersebut tidak bisa lagi ditanami padi.
“Ratusan hektar juga sawah yang terdampak karena matinya irigasi ini, soalnya kan ada beberapa desa yang dilewati,” ucapnya.
Ismail menjelaskan, bertani merupakan pekerjaan utama warga di wilayah itu. Warga biasanya menanam padi dan sesekali menggantinya dengan kolam ikan.
“Masalahnya, masyarakat sini kan pekerjaan utamanya bertani, kalau tidak ada air seperti ini sangat membuat masyarakat sengsara,” jelasnya.
Salah satu warga lainya, Syaiful menyebutkan warga saat ini mengubah pola pertanian menjadi palawija. Meskipun demikian, keberadaan air tersebut sangat penting bagi petani di sana.
“Ya masyarakat jadinya berladang bukan padi lagi, ada yang menanam timun, ubi, kacang, tapi memang air ini penting,” sebutnya.
Berdasarkan informasi yang beredar jika irigasi mati karena terputusnya aliran di dekat Jalan Lintas Timur. Dia berharap pemerintah memberikan perhatian dan segera memperbaiki irigasi yang sudah mati setahun belakangan ini.
“Katanya sih ada yang terputus di dekat Lintas Timur sana, kami sebenarnya berharap agar pemerintah segera memperbaiki irigasi ini, kasihan petani,” tutupnya.***dtc/mpc/bs