Madina(MedanPunya) Sekitar 101 warga di Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Sumatera Utara (Sumut) mengalami keracunan yang diduga diakibatkan kebocoran gas PT SMGP. Namun, berdasarkan hasil penyelidikan sementara pihak kepolisian, tidak ditemukan adanya kebocoran dari PT SMGP itu.
“Hasil penyelidikan sementara memang tidak ditemukan kebocoran,” kata Kapolres Madina AKBP Arie Sofandi Paloh, Selasa (27/2).
Arie mengatakan kesimpulan sementara itu disampaikan usai pihaknya melakukan penelitian dan penyelidikan bersama sejumlah pihak, termasuk tim Kimia Biologi Radioaktif (KBR) Brimob Polda Sumut, laboratorium forensik, Kementerian ESDM, dan pihak PT SMGP. Hasilnya, tidak ditemukan adanya kebocoran gas beracun.
“Di titik lokasi dan berdampak maupun desa tersebut dipasang alat, tak ditemukan kebocoran gas,” jelasnya.
Meski begitu, perwira menengah Polri itu menyebut pihaknya masih terus menyelidiki penyebab ratusan warga Desa Sibanggor Julu dan Desa Sibanggor Tonga sampai keracunan. Namun, kata Arie, ada lokasi belerang yang berada di dekat kawasan PT SMGP itu. Pihaknya masih menyelidiki kemungkinan belerang itu yang menyebabkan warga mual hingga pingsan.
“Itu masih kita selidiki pastinya. Untuk diketahui di Sibanggor Julu ada tempat pemandian air panas warga dan di atas lokasi PT SMGP ada ladang belerang yang cukup dan baunya sangat menyengat, termasuk kemarin tim KBR sudah ke lokasi ditemukannya ladang belerang tersebut,” kata Arie.
“Masih proses penyelidikan terus. Kami (minta) agar masyarakat pun tidak terprovokasi oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab,” sambungnya.
Hal yang sama juga disampaikan oleh pihak PT SMGP. Perusahaan itu juga membantah adanya kebocoran pada saat kejadian itu.
“Terkait dengan adanya berita kebocoran gas, PT SMGP menegaskan bahwa tidak ada kebocoran gas di jalur pipa milik PT SMGP, karena sumur V-01 saat ini masih dalam tahap aktivasi sumur dan belum terhubung dengan jalur pipa,” kata Corporate Communication PT SMGP Agung Iswara dalam keterangan resminya.
Agung mengatakan pihaknya telah melakukan reka ulang aktivasi sumur itu bersama pihak kepolisian dan petugas lainnya yang tergabung dalam tim terpadu. Reka ulang itu dilakukan selama dua hari, yakni pada 24-25 Februari.
Reka ulang pertama, dilakukan pada 24 Februari selama 54 menit, sedangkan rekan ulang kedua dilakukan keesokan harinya selama enam jam. Reka ulang itu, kata Agung, berjalan dengan aman.
“Hasil pemeriksaan data, prosedur, peralatan, fasilitas aktivasi sumur serta pelaksanaan Reka Ulang berlangsung dengan baik dan seluruh alat deteksi H2S menunjukkan nilai 0 ppm, mengindikasikan tidak adanya paparan gas H2S yang terdeteksi baik di lokasi Sumur pad V, perimeter aman 300 meter dan sekitar wilayah Desa Sibanggor Julu,” ujarnya.***dtc/mpc/bs