AS Ancam Rusia: Akan Ada Konsekuensi Jika Navalny Mati di Penjara!

London(MedanPunya) AS mengancam Rusia akan ada “konsekuensi” jika tokoh oposisi Alexei Navalny sampai meninggal di penjara.

Inggris, Prancis, Jerman, dan Uni Eropa juga telah menyatakan keprihatinan mereka atas perlakuan terhadap kritikus pemerintah Rusia itu.

Dokter Navalny mengatakan ia “akan meninggal dalam beberapa hari mendatang” jika tidak diberikan perhatian medis segera untuk sakit punggung akut dan mati rasa di kakinya.

Duta Besar Rusia untuk Inggris mengatakan bahwa Navalny sedang mencari perhatian dan “tidak akan dibiarkan meninggal di penjara”.

Seorang kritikus terkemuka Presiden Vladimir Putin, Alexei Navalny, dipenjara sejak Februari karena tuduhan penggelapan, yang ia klaim bermotif politik.

Ia kemudian mulai mogok makan pada 31 Maret lalu sebagai bentuk protes karena tidak dapat bertemu dengan tim medisnya

Sementara dokter Navalny mengatakan hasil tes darah baru-baru ini menunjukkan bahwa ia bisa menderita gagal ginjal dan mengalami serangan jantung setiap saat.

Pada Minggu (18/04), sejumlah negara bergabung dalam protes international menentang perlakuan terhadap Navalny di penjara yang berlokasi di kota Pokrov, sekitar 100 km di timur Moskow.

Penasihat keamanan nasional AS, Jake Sullivan, berkata bawa akan ada “konsekuensi jika Navalny meninggal” dan Rusia akan “dimintai tanggungjawab” oleh komunitas internasional.

Sedangkan Presiden AS Joe Biden mengatakan perawatan medis yang diterima Navalny “sangat tidak adil dan tidak layak”.

Pemerintahan Biden sebelumnya telah menyerukan agar Navalny dibebaskan. Biden pun pernah menyinggung perlakuan Kremlin atas Navalny saat kali pertama menelepon Vladimir Putin sebagai presiden AS Januari lalu. Washington juga mengancam Rusia karena menahan ribuan pemrotes yang turun ke jalan mendukung Navalny awal tahun ini.

Saat mengikuti sidang di Senat Januari lalu terkait pencalonannya sebagai Menlu AS, Antony Blinken mengutarakan bahwa Rusia ditempatkan dalam agenda yang “sangat penting” bagi pemerintahan Joe Biden dan Washington pun berjanji mendukung Navalny.

“Navalny adalah suara bagi jutaan dan jutaan lainnya warga Rusia, suara mereka perlu didengar,” kata Blinken saat itu, seperti dikutip Politico, sambil menambahkan bahwa upaya Kremlin untuk “membungkam suara itu dengan membungkam Navalny merupakan sesuatu yang kita kecam.”

AS dan Rusia terlibat dalam pertikaian diplomatik menyusul insiden Navalny yang diracun dengan zat syaraf mematikan Novichock, yang merupakan varian senjata kimia.

Kremlin membantah klaim Navalny bahwa Presiden Vladimir Putin memerintahkan insiden itu.

Namun pejabat intelijen AS menyimpulkan bahwa pemerintah Moskow berada di balik peracunan, mendorong pemerintahan Biden untuk menjatuhkan sanksi kepada pejabat senior Rusia.

Sekarang Moskow memberlakukan aksi balasan atas sanksi AS.

Para pemimpin Uni Eropa akan membahas situasi yang tengah berkembang terkait Navalny pada Senin (19/4).

Diplomat utama Uni Eropa Josep Borrell mengatakan pihaknya “sangat prihatin” dan menyerukan otoritas penjara untuk memberikan akses ke tim medis Navalny segera.

Kantor Luar Negeri Inggris mengatakan dalam sebuah pernyataan: “Navalny harus segera diberikan akses ke perawatan medis independen. Kami mengulangi seruan kami agar ia segera dibebaskan dari pemenjaraannya yang bermotif politik.”

Putri Navalny yang berusia 20 tahun, Daria Navalnaya – yang saat ini belajar di California, AS – menulis “izinkan dokter menemui ayah saya” di Twitter.

Sementara istri Navalny, Yulia, mengatakan Navalny telah kehilangan 9 kg berat badannya sejak memulai mogok makan.

Pendukung Navalny kini tengah mengatur aksi protes nasional yang akan digelar Rabu (21/4), dan mengatakan “ada keadaan di mana Anda perlu bertindak cepat, jika tidak, hal yang tidak dapat diperbaiki akan terjadi”.

Pada hari Jumat (16/04), empat dokter menulis surat kepada pejabat penjara untuk meminta izin agar segera bertemu Navalny, mengatakan level potasium di dalam tubuhnya telah mencapai “tingkat kritis”.

Dr Alexander Polupan, yang merawat Navalny setelah ia diracun dengan Novichock tahun lalu, mengatakan hasil tes darahnya merupakan “indikasi mutlak” bahwa ia membutuhkan perawatan medis yang mendesak atau ia akan “mati dalam [beberapa] hari mendatang”.

Pada hari Minggu (18/4), dokter pribadinya, Anastasia Vasilyeva, yang sebelumnya telah ditangkap karena melakukan protes di luar penjara Navalny, mencuit lewat akun Twitter bahwa ia dan tiga dokter lainnya telah “berdiri selama dua jam dan memohon” untuk diizinkan masuk ke penjara, namun mereka ditolak masuk.

Lebih dari 70 penulis, seniman dan akademisi turut bergabung menandatangani surat yang ditujukan pada Putin, untuk memastikan bahwa Navalny menerima akses medis yang layak.

Surat itu diterbitkan di surat kabar The Economist dan surat kabar Prancis Le Monde, dan memasukkan tanda tangan aktor Hollywood Jude Law, Ralph Fiennes dan Benedict Cumberbatch, penulis Harry Potter JK Rowling dan sutradara Ken Burns.

Dalam wawancara dengan wartawan BBC Andrew Marr yang direkam pada hari Jumat (16/4) dan ditayangkan pada Minggu (18/4), duta besar Rusia untuk Inggris, Andrei Kelin, mengatakan bahwa Navalny tidak dalam bahaya.

“Tentu saja ia tak akan dibiarkan meninggal di penjara, tapi yang bisa saya katakan adalah Navalny berperilaku layaknya hooligan tulen dalam mencoba melanggar setiap aturan yang telah ditetapkan,” ujarnya, seraya menambahkan bahwa aktivis tersebut berusaha “untuk menarik perhatian”.***dtc/mpc/bs

 

Berikan Komentar:
Exit mobile version