Washington(MedanPunya) Departemen Kehakiman Amerika Serikat (AS) menjeratkan dakwaan spionase terhadap seorang warga negara Rusia yang kuliah di sebuah universitas di Washington dan kemudian berupaya bergabung dengan Mahkamah Pidana Internasional (ICC) di Den Haag, Belanda.
Sergey Vladimirovich Cherkasov yang berusia 39 tahun ini terungkap menggunakan identitas samaran sebagai warga Brasil dalam aksinya. Dia ditahan pada April 2022 lalu oleh otoritas Belanda atas dugaan menggunakan dokumen identitas palsu.
Diketahui bahwa Cherkasov tiba di Belanda dengan menyamar sebagai seorang warga Brasil bernama Viktor Muller Ferreira, yang akan bekerja sebagai analis junior di ICC yang berkantor di Den Haag.
Namun Kepolisian Belanda menetapkan Cherkasov bukan sungguh-sungguh warga negara Brasil, melainkan seorang agen intelijen militer Rusia, GRU.
Dia lantas dideportasi ke Brasil pada 3 April tahun lalu, di mana dia didakwa menggunakan identitas palsu. Pada Juli lalu, Cherkasov dinyatakan bersalah dan divonis 15 tahun penjara oleh pengadilan Brasil.
Namun pada September tahun lalu, otoritas Rusia secara resmi mengajukan permintaan agar Brasilia mendeportasi Cherkasov dari negaranya. Disebutkan juga bahwa Cherkasov menjadi buronan di Rusia terkait kasus perdagangan narkoba.
Dakwaan pidana yang diungkapkan Departemen Kehakiman AS, pekan ini, juga menyatakan bahwa otoritas Washington akan berusaha menantang ekstradisi Cherkasov dari Brasil ke Rusia. Meskipun tidak diketahui secara jelas kapan Departemen Kehakiman AS akan mengajukan permohonan ekstradisi Cherkasov dari Brasil.
“Ketika musuh-musuh asing, seperti Rusia, mengirimkan agen yang menyamar ke Amerika Serikat, kami akan menemukan mereka dan mengadili mereka sesuai hukum,” tegas jaksa AS Matthew Graves.
Departemen Kehakiman AS menjeratkan dakwaan bertindak secara ilegal sebagai agen kekuatan asing terhadap Cherkasov, yang terjadi selama dia tinggal di wilayah AS.
Disebutkan juga oleh Departemen Kehakiman AS bahwa selama menjadi mahasiswa di Washington, Cherkasov mengumpulkan informasi soal sejumlah warga AS tidak dikenal yang kemudian diserahkan kepada atasannya.
Oleh Departemen Kehakiman AS, Cherkasov juga dijerat sejumlah dakwaan lainnya, termasuk penipuan visa, penipuan bank, penipuan kawat, dan beberapa dakwaan lain yang berkaitan dengan aktivitasnya selama berada di wilayah AS.
Dalam dakwaannya, Departemen Kehakiman AS menyebut Cherkasov sebagai seorang mata-mata ‘ilegal’ yang selama bertahun-tahun hidup di luar negeri dalam penyamaran yang mendalam, bahkan hingga mengembangkan identitas yang sepenuhnya baru.
Hal itu mencakup aktivitasnya menjalani kuliah pasca sarjana tahun 2018-2020 pada program studi internasional di Universitas Johns Hopkins, Washington DC.
Otoritas Belanda dalam pernyataannya menyebut jika Cherkasov benar-benar bekerja di ICC, maka dia akan bisa mengakses informasi intelijen ‘sangat berharga’ soal penyelidikan kejahatan perang di Ukraina atau bahkan mempengaruhi proses peradilan di pengadilan internasional yang berbasis di Den Haag itu.***dtc/mpc/bs