Kamis, 30 Maret 2023
  • Hubungi Kami
  • Redaksi
MedanPunya.com
Advertisement
  • Home
  • Metro
  • Politik
  • Ekonomi
  • Hukum
  • Daerah
  • Dunia
  • Olahraga
  • Seleb
  • Tekno
No Result
View All Result
  • Home
  • Metro
  • Politik
  • Ekonomi
  • Hukum
  • Daerah
  • Dunia
  • Olahraga
  • Seleb
  • Tekno
No Result
View All Result
MedanPunya.com
No Result
View All Result
Home Dunia

AS Tuding Rusia Tahan 6.000 Anak-anak Ukraina Sejak Invasi

Rabu, 15 Februari 2023
kanal Dunia
3
dibaca
Share on FacebookShare on WhatsappShare on Whatsapp

Washington(MedanPunya) Laporan para peneliti Universitas Yale di Amerika Serikat (AS) menyebut Rusia menahan sedikitnya 6.000 anak Ukraina, diduga lebih banyak, di sejumlah lokasi yang ada di Crimea dan wilayah Rusia lainnya. Tujuan utama penahanan anak-anak itu diduga kuat untuk reedukasi politik.

Laporan yang dirilis Selasa (14/2) waktu setempat itu mengidentifikasi sedikitnya 43 kamp dan fasilitas lainnya di mana anak-anak Ukraina ditahan sebagai bagian ‘jaringan sistematis skala besar’ yang dioperasikan oleh Moskow sejak melancarkan invasi ke Ukraina tahun lalu.

Disebutkan juga dalam laporan itu bahwa anak-anak yang ditahan, yang mencakup mereka yang masih memiliki orangtua atau wali keluarga yang jelas, dianggap sebagai yatim-piatu oleh Rusia.

Anak-anak lainnya disebut berada dalam pengasuhan institusi negara Ukraina sebelum invasi dilancarkan dan mereka yang hak asuhnya tidak jelas atau tidak menentu karena perang.

“Tujuan utama fasilitas kamp yang kami identifikasi tampaknya untuk reedukasi politik,” sebut salah satu peneliti Universitas Yale, Nathaniel Raymond, dalam penjelasan kepada wartawan.

Beberapa anak, sebut laporan itu, dipindahkan melalui sistem dan diadopsi oleh keluarga-keluarga Rusia, atau dipindahkan ke panti asuhan di wilayah Rusia.

Dalam pernyataannya, Raymond mengungkapkan bahwa anak termuda yang diidentifikasi dalam program Rusia itu berusia hanya empat bulan.

Diungkapkan juga oleh Raymond bahwa beberapa kamp memberikan pelatihan militer kepada anak-anak dengan usia paling muda 14 tahun, namun para peneliti tidak menemukan bukti yang menunjukkan anak-anak itu kemudian dikerahkan dalam pertempuran.

Kedutaan Besar Rusia di Washington DC belum memberikan tanggapan resmi atas laporan tersebut.

Namun sebelumnya Moskow telah membantah secara sengaja menargetkan warga sipil dalam apa yang disebut sebagai ‘operasi militer khusus’ di Ukraina dan menepis tuduhan yang menyebut Rusia memindahkan secara paksa warga Ukraina.

Laporan yang disusun oleh Lab Penelitian Kemanusiaan Sekolah Kesehatan Publik pada Universitas Yale itu merupakan bagian dari proyek yang didukung Departemen Luar Negeri AS, yang memeriksa pelanggaran hak asasi manusia dan kejahatan perang yang diduga dilakukan oleh Rusia.

“Apa yang didokumentasikan dalam laporan ini merupakan pelanggaran jelas terhadap Konvensi Jenewa ke-4,” ucap Raymond merujuk pada perjanjian yang melindungi warga sipil dalam perang.

Dia menyebut laporan itu juga bisa menjadi bukti untuk menunjukkan Rusia melakukan genosida selama perang di Ukraina, mengingat pemindahan anak untuk tujuan mengubah, merekayasa atau menghilangkan identitas nasional bisa menjadi bagian dari kejahatan genosida.

Para jaksa Ukraina sebelumnya mengatakan tengah menyelidiki tuduhan deportasi paksa terhadap anak-anak sebagai bagian dari upaya menyusun dakwaan genosida terhadap Rusia.

“Jaringan ini membentang dari satu ujung Rusia ke ujung lainnya,” sebut Raymond, sembari menambahkan bahwa para peneliti meyakini jumlah fasilitas tempat anak-anak Rusia ditahan melebihi 43 unit.

Disebutkan juga oleh laporan itu bahwa sistem kamp dan adopsi oleh keluarga Rusia terhadap anak-anak Ukraina tersebut ‘tampaknya disahkan dan dikoordinasikan pada level tertinggi pemerintah Rusia’, yang dimulai dengan Presiden Vladimir Putin dan meluas hingga ke pejabat-pejabat daerah.

Secara terpisah, juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price mengindikasikan bahwa tindakan bisa diambil terhadap 12 individu, yang disebut oleh laporan Universitas Yale itu, belum berada di bawah sanksi AS.

“Kami selalu mencari individu-individu yang mungkin bertanggung jawab atas kejahatan perang, atas kekejaman di dalam Ukraina. Hanya karena kami belum menjatuhkan sanksi kepada individu sampai saat ini, tidak berarti tidak akan ada tindakan apapun di masa mendatang yang mungkin kami ambil,” sebutnya.***dtc/mpc/bs

 

Berikan Komentar:
Tags: RusiaUkrainaUniversitas Yale
ShareSendTweet
Berita Sebelumnya

Jepang Sebut Objek Terbang di Wilayahnya Diduga Balon Mata-mata China

Berita Berikutnya

Siswi di Paluta Diduga Diperkosa Lima Pelajar hingga Hamil

Related Posts

Dunia

Putin Disebut Siap Perangi Barat Selamanya

Kamis, 30 Maret 2023
Dunia

Israel Luncurkan Satelit mata-mata, Lebih Canggih dari Sebelumnya

Rabu, 29 Maret 2023
Dunia

Kim Jong Un Terus Genjot Produksi Bahan Nuklir agar Tak Terkalahkan

Selasa, 28 Maret 2023
Dunia

Geger Putin Kerahkan Nuklir ke Belarusia, Ukraina Desak Dewan PBB Sidang

Senin, 27 Maret 2023
Dunia

AS Dakwa Mata-mata Rusia yang Coba Menyusup ke ICC

Sabtu, 25 Maret 2023
Dunia

Rusia Kerahkan Sukhoi Adang 2 Pesawat Bomber AS

Selasa, 21 Maret 2023

Dikelola Oleh :

PT. WASPADA BAHANA ERIASAFA

Alamat Redaksi :
Jl. Garu 3 No. 33 Kel. Harjosari-I
Kecamatan Medan Amplas 20147
Telp : 061-785 0458
Email : medanpunyanews@gmail.com

TERBARU

Putin Disebut Siap Perangi Barat Selamanya

Kamis, 30 Maret 2023

Sekda Labuhanbatu Jadi Tersangka Korupsi Rp 1,3 M

Rabu, 29 Maret 2023

Mutasi Polri: 5 Kapolres di Sumut Diganti

Rabu, 29 Maret 2023
  • Pedoman Media Cyber
  • Disclaimer
  • Hubungi Kami
  • Redaksi
  • Sitemap

Copyright © 2020 medanpunya.com All Right Reserved | Dari Medan Kemana-mana

No Result
View All Result
  • Home
  • Metro
  • Politik
  • Ekonomi
  • Hukum
  • Daerah
  • Dunia
  • Olahraga
  • Seleb
  • Tekno

Copyright © 2020 medanpunya.com All Right Reserved | Dari Medan Kemana-mana