Madrid(MedanPunya) Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan melontarkan peringatan pada Finlandia dan Swedia bahwa dirinya masih bisa memveto upaya kedua negara Nordik itu untuk bergabung dengan aliansi militer Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Erdogan menyatakan pemblokiran mungkin terjadi jika Finlandia dan Swedia gagal menerapkan kesepakatan baru yang dicapai dengan Turki.
Peringatan blak-blakan itu dilontarkan Erdogan pada akhir pertemuan puncak atau KTT NATO yang digelar di Madrid, Spanyol. Dalam KTT itu, aliansi militer yang dipimpin Amerika Serikat (AS) itu secara resmi mengundang Finlandia dan Swedia untuk bergabung dengan blok beranggotakan 30 negara itu.
Kedua negara itu diketahui melepaskan status nonblok mereka dan mengumumkan rencana untuk bergabung NATO merespons invasi militer yang dilancarkan Rusia ke Ukraina.
Rencana kedua negara itu sempat menuai keberatan dari Erdogan, yang menuduh kedua negara itu memberikan tempat perlindungan pada militan Kurdi yang ilegal di Ankara dan mempromosikan ‘terorisme’.
Erdogan juga menuntut kedua negara untuk mencabut embargo senjata yang diberlakukan untuk merespons penyerbuan militer Turki ke Suriah tahun 2019 lalu.
Memorandum berisi 10 poin telah ditandatangani oleh ketiga negara itu — Turki, Finlandia dan Swedia — di sela-sela KTT NATO pada Selasa (28/6) waktu setempat. Memorandum itu tampaknya memuat banyak kekhawatiran Erdogan.
Erdogan kemudian mencabut keberatannya terhadap bergabungnya Finlandia dan Swedia dengan NATO, kemudian menggelar pertemuan hangat dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden yang diikuti dengan janji penjualan pesawat tempur baru untuk Turki.
Namun Erdogan menegaskan kepada wartawan dalam konferensi pers mendadak saat KTT NATO berakhir bahwa memorandum itu bukan berarti Turki akan secara otomais menyetujui keanggotaan NATO untuk Finlandia dan Swedia.
Diketahui bahwa pengajuan keanggotaan baru harus disetujui oleh semua anggota NATO dan diratifikasi oleh parlemen masing-masing negara anggota.
Erdogan memperingatkan bahwa perilaku masa depan Finlandia dan Swedia akan memutuskan apakah dirinya akan meneruskan pengajuan keanggotaan kedua negara itu kepada parlemen Turki.
“Jika mereka memenuhi kewajibannya, kita akan mengirimkannya ke parlemen. Jika mereka tidak memenuhinya, itu tidak mungkin dilakukan,” tegas Erdogan.
Secara terpisah, seorang diplomat senior Turki di Washington DC menyatakan bahwa proses ratifikasi bisa dilakukan paling cepat pada akhir September dan mungkin akan menunggu hingga tahun 2023 mendatang, dengan parlemen Turki memasuki masa reses mulai Jumat (1/7) waktu setempat.
Mengomentari peringatan terbaru itu, seorang sumber diplomatik Barat menuduh Erdogan melakukan ‘pemerasan’.***dtc/mpc/bs