Sanaa(MedanPunya) Kelompok Houthi bertekad untuk meningkatkan serangan terhadap kapal-kapal di Laut Merah dan perairan lainnya. Pemimpin Houthi bahkan mengatakan pasukannya akan menggunakan “senjata kapal selam” dalam serangan yang menjadi solidaritas untuk warga Palestina di Jalur Gaza yang terus digempur Israel.
Houthi telah melancarkan rentetan serangan drone dan rudal di perairan Laut Merah, Selat Bab al-Mandab dan Teluk Aden sejak November tahun lalu untuk mendukung warga Palestina, ketika perang terus berkecamuk di Jalur Gaza hingga menewaskan lebih dari 29.000 orang.
Houthi menegaskan bahwa serangan-serangan mereka akan terus berlanjut kecuali Israel menghentikan serangannya di Jalur Gaza.
“Operasi di Laut Merah dan Laut Arab, Selat Bab al-Mandab, dan Teluk Aden terus berlanjut, semakin meningkat, dan efektif,” tegas pemimpin Houthi, Abdul Malik al-Houthi, dalam pidato terbarunya yang disiarkan televisi terkait kelompok tersebut pada Kamis (22/2) waktu setempat.
“Rudal-rudal yang tersedia telah dikembangkan sedemikian rupa sehingga Amerika tidak bisa mencegat atau menembak jatuh rudal itu, meskipun teknologi yang mereka miliki,” imbuhnya.
Al-Houthi juga mengatakan bahwa “senjata kapal selam” digunakan dalam operasi pasukan Houthi di Laut Merah. Namun dia tidak menjelaskan lebih lanjut soal “senjata kapal selam” yang disebutnya.
“Kami memperkenalkan senjata kapal selam ke dalam konfrontasi di Laut Merah, dan itu adalah senjata yang membuat musuh khawatir,” ujarnya.
Sejauh ini, menurut Al-Houthi, sebanyak 183 rudal dan drone telah diluncurkan terhadap target-target Israel di wilayah-wilayah yang diduduki. Sementara di Laut Merah dan Laut Arab, sebut Al-Houthi, sebanyak 48 kapal telah menjadi target serangan.
Ditegaskan kembali oleh Al-Houthi bahwa serangan-serangan pasukannya di Laut Merah dan sekitarnya akan mengikuti peningkatan operasi militer Israel di Jalur Gaza. Dia juga menyebut bahwa serangan balasan yang dilancarkan Amerika Serikat (AS) dan Inggris telah gagal menghentikan kelompok Houthi.
Rentetan serangan yang dilancarkan Houthi di Laut Merah ini mengganggu rute yang menyumbang sekitar 12 persen lalu lintas maritim global dan memaksa perusahaan-perusahaan untuk mengambil rute yang lebih panjang dan lebih mahal di sekitar benua Afrika.***dtc/mpc/bs