Washington(MedanPunya) Direktur Badan Intelijen Nasional Amerika Serikat (AS), John Ratcliffe, menyatakan Iran dan Rusia berupaya mencampuri pemilihan presiden (pilpres) tahun ini. Iran disebut berupaya memperburuk citra Presiden Donald Trump di kalangan pemilih AS, sementara Rusia disebut berupaya membantu Trump.
Ratcliffe menyampaikan hal ini dalam konferensi pers yang juga dihadiri Direktur Biro Investigasi Federal (FBI), Christopher Wray, pada Rabu (21/10) waktu setempat.
Pengumuman yang disampaikan dua pekan sebelum pilpres digelar 3 November mendatang ini menunjukkan level kewaspadaan di kalangan pejabat-pejabat AS, terutama soal dugaan intervensi asing yang bertujuan merusak kepercayaan warga AS terhadap integritas pemungutan suara dan menyebarkan informasi keliru dalam upaya mempengaruhi hasilnya.
“Kami mengonfirmasi bahwa sejumlah informasi pendaftaran pemilih telah didapatkan oleh Iran, dan secara terpisah, oleh Rusia,” ungkap Ratcliffe dalam konferensi pers.
Sebagian besar informasi pendaftaran pemilih memang bersifat publik. Namun Ratcliffe menyatakan bahwa para pejabat pemerintah AS ‘melihat Iran mengirimkan email-email palsu yang dimaksudkan untuk mengintimidasi para pemilih, menghasut kerusuhan sosial dan merusak citra Presiden Trump’.
Menurut sumber-sumber pemerintah AS, Ratcliffe merujuk pada email yang dikirimkan pada Rabu (21/10) waktu setempat dan dirancang seolah-seolah datang dari kelompok pro-Trump, Proud Boys.
Badan-badan intelijen AS sebelumnya memperingatkan bahwa Iran mungkin mencampuri pilpres untuk memperburuk citra Trump dan bahwa Rusia mencampuri untuk membantu Trump dalam pilpres.
Para pakar dari luar pemerintahannya menyatakan bahwa jika Ratcliffe benar, maka Iran akan berusaha membuat Trump terlihat buruk dengan menarik perhatian dengan dukungan dan ancaman oleh kelompok-kelompok yang kerap melakukan kekerasan.
Seorang sumber pemerintah AS lainnya menyatakan bahwa otoritas AS mencurigai pemerintah Iran turut terlibat, namun buktinya belum terlalu meyakinkan.
Menurut seorang sumber pemerintah AS lainnya, otoritas AS memiliki bukti bahwa Rusia dan Iran telah berusaha meretas data daftar pemilih di sejumlah negara bagian. Namun menurut sumber ini, karena sebagian besar data pemilih tersedia secara komersial, peretasan mungkin dilakukan demi menghindari pembayaran.***dtc/mpc/bs