Pyongyang(MedanPunya) Korea Utara mengutuk Israel karena mengubah Jalur Gaza menjadi rumah jagal manusia dan tempat pembantaian anak-anak.
Pernyataan tersebut dikeluarkan Kementerian Luar Negeri Korea Utara pada Jumat (4/6) setelah konflik terbaru antara Israel dan Hamas meletus.
Kementerian Luar Negeri Korea Utara mengatakan, kejahatan mengerikan Israel yang membunuh anak-anak merupakan tantangan berat bagi masa depan umat manusia.
“Segera setelah pengeboman berakhir, (Perdana Menteri Israel Benjamin) Netanyahu dan pihak berwenang Israel berusaha menyembunyikan kejahatan mereka,” sambung kementerian tersebut.
Kementerian Luar Negeri Korea Utara menambahkan, outlet berita internasional sangat mengutuk Israel karena terus membantai anak-anak.
Kementerian tersebut juga menuding Israel sebagai penyebab pengusiran warga Palestina, perluasan pemukiman ilegal, dan menabur benih kebencian dengan menekan ibadah warga Palestina.
Pernyataan dari Korea Utara tersebut bertepatan dengan Hari Internasional Anak-anak Tak Bersalah Korban Agresi ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
PBB menetapkan 4 Juni sebagai Hari Internasional Anak-anak Tak Bersalah Korban Agresi untuk menandai agresi Israel terhadap sejumlah besar korban anak-anak Palestina dan Lebanon yang tidak bersalah pada Agustus 1982.
Sementara itu, konflik terbaru antara Israel dan Hamas di Gaza menghancurkan ribuan bisnis, rumah, serta menggusur lebih dari 100.000 orang di wilayah tersebut.
Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan mengatakan, sekitar 240 warga Palestina tewas dalam konflik yang berlangsung selama 11 hari tersebut.
Di sisi lain, para pejabat melaporkan sedikitnya 12 orang tewas di Israel.
Gencatan senjata antara kedua belah pihak akhirnya tercapai setelah ditengahi Mesir.
Namun, baik Hamas dan Israel sama-sama mengeklaim kemenangan pasca-tercapainya gencatan senjata itu.
Israel dan Palestina sebenarnya telah terlibat dalam pembicaraan damai secara sporadis selama 25 tahun terakhir, tetapi belum ada resolusi yang tercapai.
Sementara itu, Korea Utara telah lama mengakui kedaulatan Palestina atas semua wilayah yang dikuasai Israel namun tidak termasuk Dataran Tinggi Golan.
Pyongyang menganggap Israel sebagai satelit imperialis yang bertentangan dengan ideologi anti-imperialis dan anti-kolonialis versi rezim penguasanya.
Selama beberapa dekade, rezim keluarga Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Jong Un telah memihak kelompok milisi di Palestina, termasuk Hamas.
Pada 1990-an, mantan Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Jong Il membantu mantan Duta Besar Palestina untuk Korea Utara Mustafa Safarini dengan perawatan kesuburan setelah mengembangkan hubungan dekat dengan pejabat tersebut.
Solidaritas Pyongyang dengan gerakan pembebasan Palestina juga telah membuat negara tersebut memiliki hubungan diplomatik dengan kawasan Arab.***kps/mpc/bs