Laporan Intelijen AS: Netanyahu Terancam-Israel Gagal Lenyapkan Hamas

Washington DC(MedanPunya) Kepemimpinan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu disebut “mungkin dalam bahaya”. Hal ini terungkap dalam laporan intelijen terbaru Amerika Serikat (AS), yang juga memperkirakan bahwa Israel akan gagal dalam melenyapkan Hamas, yang menjadi tujuan utama di balik perang Gaza.

Hal tersebut dimuat dalam laporan penilaian intelijen terbaru AS, atau yang disebut Laporan Penilaian Ancaman Tahunan, yang dirilis pada Senin (11/3) waktu setempat.

Laporan itu menyatakan keprihatinan tentang visi Israel untuk mengakhiri perang dan mengangkat keraguan soal apakah Netanyahu bisa tetap berkuasa dengan mandeknya pembahasan kesepakatan pembebasan sandera dan semakin meningkatnya tekanan dari warga Israel untuk mengamankan pembebasan sandera.

“Ketidakpercayaan terhadap kemampuan Netanyahu untuk memerintah semakin mendalam dan meluas di kalangan masyarakat, dibandingkan level yang sudah tinggi sebelum perang, dan kami memperkirakan akan terjadi aksi protes besar-besaran menuntut pengunduran dirinya dan pemilu yang baru,” demikian disampaikan dalam laporan intelijen AS tersebut.

“Pemerintahan yang berbeda dan lebih moderat adalah suatu kemungkinan,” sebut laporan tersebut.

Laporan intelijen AS itu juga memprediksi bahwa Israel akan kesulitan dalam mencapai tujuannya untuk “menghancurkan Hamas”.

“Israel mungkin akan menghadapi perlawanan bersenjata yang berkepanjangan dari Hamas selama betahun-tahun yang akan datang, dan militer akan berjuang untuk menetralisir infrastruktur bawah tanah Hamas, yang memungkinkan pemberontak untuk bersembunyi, mendapatkan kembali kekuatan dan mengejutkan pasukan Israel,” demikian seperti disebutkan oleh laporan tersebut.

Struktur pemerintahan dan keamanan di Jalur Gaza dan Tepi Barat, serta penyelesaian situasi kemanusiaan di Jalur Gaza dan upaya pembangunan kembali, menurut laporan intelijen AS, “akan menjadi komponen kunci dari hubungan jangka panjang Israel-Palestina”.

Ketegangan antara Netanyahu dan Presiden Joe Biden berkobar dalam beberapa hari terakhir terkait rencana operasi militer Israel di Rafah, Jalur Gaza bagian selatan. Presiden AS Joe Biden, pada Sabtu (9/3) lalu, mengkritik Netanyahu dengan menyebut pendekatannya terhadap perang di Jalur Gaza “lebih merugikan Israel daripada membantu Israel”.

Biden mengatakan bahwa Netanyahu “memiliki hak untuk membela Israel, hak untuk terus mengejar Hamas”. Namun, dia juga menegaskan bahwa Netanyahu harus mempedulikan hilangnya nyawa-nyawa yang tidak berdosa di Jalur Gaza.

“Dia harus lebih memperhatikan hilangnya nyawa-nyawa tidak berdosa sebagai konsekuensi dari tindakan yang diambil,” cetus Biden merujuk pada Netanyahu, dalam wawancara yang disiarkan media MSNBC pada Sabtu (9/3) waktu setempat.

“Dalam pandangan saya, dia lebih merugikan Israel daripada membantu Israel,” tegasnya dalam wawancara tersebut.

Netanyahu, dalam tanggapannya, menolak kritikan Biden dengan menyebut Presiden AS itu “salah”.

“Jika yang dia maksud adalah saya menjalankan kebijakan pribadi yang bertentangan dengan mayoritas, keinginan mayoritas warga Israel, dan hal ini merugikan kepentingan Israel, maka dia salah dalam kedua hal tersebut,” ucap Netanyahu mengomentari kritikan Biden, dalam wawancara dengan media Politico.

Pemerintahan Biden sepenuhnya mendukung Israel dalam perangnya melawan Hamas, namun rasa frustrasi AS semakin terlihat jelas. Sementara Netanyahu menghadapi tekanan yang semakin besar di Israel karena kegagalannya memulangkan para sandera yang masih ditahan Hamas di Jalur Gaza.

Aksi protes menentang Netanyahu, yang diwarnai seruan pemilu dini, berlangsung di negara Yahudi tersebut. Bahkan jajak pendapat terbaru dari Institut Demokrasi Israel menunjukkan popularitas Netanyahu anjlok drastis, dengan hanya 15 persen warga Israel yang menginginkan dia tetap berkuasa.***dtc/mpc/bs

 

Berikan Komentar:
Exit mobile version