Paris(MedanPunya) Presiden Prancis Emmanuel Macron mengakui dialognya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin terhenti, setelah temuan mayat bergelimpangan di kota-kota Ukraina, terutama Bucha. Temuan mayat itu memicu tuduhan kejahatan perang terhadap Rusia yang pasukannya tengah menginvasi Ukraina.
Seperti dilansir Reuters, Selasa (19/4), Macron menyatakan dirinya masih berniat untuk kembali melanjutkan dialog dengan Putin di masa mendatang.
“Sejak pembantaian yang kita temukan di Bucha dan kota-kota lainnya, perang telah berubah arah, jadi saya tidak berbicara dengannya lagi secara langsung sejak saat itu, tapi saya tidak mengesampingkan untuk melakukan itu di masa mendatang,” tutur Macron.
Rusia menyebut tuduhan pasukannya mengeksekusi mati warga sipil di Bucha saat menduduki kota itu sebagai ‘rekayasa mengerikan’ yang dimaksudkan untuk merendahkan militer Rusia.
Saat ditanya mengapa dirinya tidak mengikuti contoh pemimpin negara-negara Eropa lainnya dan mengunjungi langsung Kiev, ibu kota Ukraina, Macron menegaskan bahwa aksi menunjukkan dukungan tidak lagi diperlukan setelah Rusia menginvasi Ukraina sejak 24 Februari lalu.
“Saya akan kembali ke Kiev, tapi saya akan pergi ke sana membawa sesuatu yang berguna bersama saya… karena jelas saya tidak perlu pergi ke sana untuk menunjukkan dukungan ini,” ucap Macron.
Macron menambahkan dirinya sudah berbicara sekitar 40 kali dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sejak Rusia melancarkan invasi.
“Jika saya pergi ke Kiev, itu untuk membuat perbedaan,” cetusnya.
Sebelumnya, Zelensky mengundang Macron untuk berkunjung ke Ukraina guna menyaksikan langsung bukti ‘genosida’ yang dilakukan pasukan Rusia.
Macron diketahui menolak untuk menyebut dugaan kekejaman Rusia di Ukraina sebagai ‘genosida’. Namun dalam wawancara dengan CNN, Zelensky meyakini Macron menghindari penggunaan istilah ‘genosida’ karena dia berpikir itu akan merusak peluang keterlibatan diplomatik dengan Rusia.***dtc/mpc/bs