Washington DC(MedanPunya) Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) menyetujui penjualan perdana sistem senjata pembunuh presisi canggih kepada Arab Saudi. Persetujuan ini menandai kesepakatan senjata terbaru antara Washington dan Riyadh di bawah Presiden Donald Trump.
Pentagon atau Departemen Pertahanan AS, mengumumkan persetujuan itu pada Kamis (20/3) dengan menyebut kesepakatan penjualan senjata presisi tersebut mencapai nilai US$ 100 juta, atau setara Rp 1,6 triliun.
Persetujuan itu diumumkan saat AS terus menggempur target-target kelompok Houthi yang bermarkas di Yaman, yang dimulai Sabtu (15/3) pekan lalu. Puluhan orang dilaporkan tewas akibat gelombang serangan udara AS, yang tercatat sebagai yang terbesar sejak Presiden Trump kembali menjabat pada Januari lalu.
Sistem senjata pembunuh presisi canggih (APKWS) yang disetujui oleh AS untuk dijual kepada Saudi itu merupakan roket berpemandu laser yang dapat mengenai target di udara dan di permukaan. Harga senjata itu sekitar US$ 22.000 atau setara Rp 362,7 juta.
Dengan harga tersebut, APKWS menjadi pilihan senjata yang hemat biaya untuk menembak jatuh drone tempur berukuran kecil berbiaya rendah, seperti yang digunakan oleh kelompok Houthi yang beberapa waktu terakhir mengganggu jalur pelayaran di Laut Merah.
Badan Kerja Sama Keamanan Pertahanan Pentagon telah memberitahu Kongres AS tentang kemungkinan penjualan 2.000 unit APKWS dan peralatannya serta pelatihannya pada Kamis (20/3) waktu setempat.
Meskipun telah mendapatkan persetujuan Departemen Luar Negeri AS, pemberitahuan semacam itu tidak mengindikasikan bahwa kontrak telah ditandatangani atau bahwa negosiasi telah selesai.
Pentagon menyebut kontraktor utama untuk penjualan senjata presisi itu adalah BAE Systems.
Selain persenjataan presisi canggih ini, Departemen Luar Negeri AS pada Juli tahun lalu juga menyetujui kesepakatan terpisah senilai sekitar US$ 2,8 miliar, di mana Washington setuju untuk menyediakan sistem logistik, program perencanaan bersama, dan peralatan terkait pesawat buatan Amerika kepada Saudi.
Pada saat itu, Departemen Luar Negeri AS mencatat dalam sebuah memorandum kepada Badan Kerja Sama Keamanan Pertahanan bahwa kesepakatan itu akan membantu Saudi dalam memperkuat kemampuan militernya saat ini dan di masa mendatang.
Memorandum itu juga menyoroti dukungan dan pelatihan yang diberikan untuk Angkatan Udara Saudi, khususnya untuk platform yang sudah ada, termasuk pesawat transport C-130, pesawat pengintai E-3 dan helikopter Bell.***dtc/mpc/bs