Rusia Ajak AS Kembali ke “Kondisi Damai” Seperti pada Masa Perang Dingin

Washington(MedanPunya) Pejabat Kementerian Luar Negeri Rusia dilaporkan sempat menjadikan Perang Dingin sebagai titik acuan untuk hubungan ideal antara Moskwa dan Washington DC, di tengan serangan Rusia ke Ukraina. Bagaimana AS menanggapi seruan ini?

Ajakan itu datang dari Alexander Darchiyev, Direktur Departemen Amerika Utara di Kementerian Luar Negeri Rusia, pada Selasa (8/3).

Dia menyerukan agar Rusia dan Amerika Serikat (AS) harus kembali ke prinsip “koeksistensi damai” seperti selama Perang Dingin, di mana ancaman perang nuklir menghantui relasi keduanya.

“Kami terbuka untuk dialog yang jujur dan saling menghormati sejauh Amerika Serikat siap untuk ini,” katanya.

“Mungkin ada baiknya mengingat kembali prinsip yang sudah lama terlupakan yang bekerja selama Perang Dingin—koeksistensi damai … dan nilai dan cita-cita yang memisahkan kita…tidak boleh dipaksakan satu sama lain,” ujarnya.

Menurutnya, kedua negara harus memahami itu sebagai “tanggung jawab khusus Rusia dan AS atas nasib dunia sebagai negara adidaya nuklir”.

Moskwa pun, kata dia, berharap “kenormalan” dalam hubungan antara dua negara akan kembali.

Darchiyev membela negaranya dengan mengatakan bahwa kerusakan hubungan antar negara yang terjadi saat ini “bukan taktik kami dan bukan gaya kami.”

Dia mengecam AS, dan mengulangi pembenaran Kremlin untuk perang yang telah menjadi batu sandungan bagi para diplomat sebelum Vladimir Putin memerintahkan invasi.

Diplomat itu merujuk pada “tindakan permusuhan dan penghinaan arogan” AS atas tuntutan Rusia untuk jaminan keamanan yang mengikat secara hukum, tidak adanya senjata serang di dekat perbatasannya dan kembalinya kemampuan militer NATO seperti sebelum 1997.

“Jelas bahwa Ukraina, yang para penguasanya yang bobrok jatuh ke dalam bencana, hanyalah alat bagi Amerika Serikat dalam konfrontasi geopolitik dengan Rusia,” katanya.

“Washington perlu waktu untuk membiasakan diri dengan fakta bahwa hegemoninya ada di masa lalu, dan harus memperhitungkan kepentingan nasional Rusia, yang memiliki lingkup pengaruh dan tanggung jawab sendiri,” tambahnya.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken memberikan tanggapan yang blak-blakan terhadap komentar Darchiyev, dengan mengatakan: “Koeksistensi damai memiliki dua kata. Yang utama adalah ‘damai’.”

“Rusia melakukan segala dayanya untuk mengolok-olok kata itu melalui agresinya terhadap Ukraina,” katanya pada konferensi pers dengan Perdana Menteri Estonia Kaja Kallas.

Dia mengatakan bahwa Putin “membuat Rusia paria, menghancurkan dalam waktu seminggu (setelah) 30 tahun keterbukaan dan peluang internasional.”

Sementara itu, Presiden AS Joe Biden mengumumkan pada Selasa (8/3/2022) bahwa AS akan melarang impor minyak, gas alam, dan batu bara Rusia sebagai bagian dari hukuman pemerintahannya terhadap Moskow atas invasi tersebut.***kps/mpc/bs

 

Berikan Komentar:
Exit mobile version