Washington(MedanPunya) Rusia dilaporkan membuat senjata nuklir luar angkasa yang dapat diledakkan untuk menghancurkan satelit, khususnya kepunyaan Amerika Serikat. Warga AS pun kabarnya banyak yang merasa cemas akan laporan itu karena gangguan satelit bisa menimbulkan kondisi kacau, misalnya terputusnya akses internet yang sukar diperbaiki. Jadi perlukah untuk panik?
Para ahli keamanan ruang angkasa menyebut bahwa laporan Rusia menciptakan senjata semacam itu mungkin benar, namun ini bukan saatnya untuk panik.
CNN,mengutip pejabat anonim yang akrab dengan intelijen, melaporkan senjata baru semacam ini, umumnya dikenal para ahli luar angkasa militer sebagai EMP nuklir, akan menciptakan gelombang energi elektromagnetik dan banjir partikel bermuatan tinggi yang akan mengganggu satelit yang mengorbit Bumi.
Rusia memang telah mengembangkan senjata anti-satelit selama bertahun-tahun. “Mereka telah mengujinya, mereka telah menghancurkan salah satu satelit mereka, dan mereka telah membuktikan bahwa mereka dapat melakukan hal ini,” kata John Erath, direktur di Pusat Pengendalian dan Non-Proliferasi Senjata.
“Jadi laporan yang keluar minggu ini sama sekali tak mengejutkan. Sangat dapat dipercaya mereka sedang mengerjakan sesuatu yang baru dan lebih efisien sebagai cara menghancurkan satelit-satelit Amerika. Namun ini menjadi sedikit rumit karena senjata nuklir sebenarnya tidak seperti itu,” paparnya.
Namun di sisi lain, senjata nuklir berdasarkan sifatnya tidak tepat sasaran, yang berarti ledakan yang relatif terkendali sekalipun akan menghancurkan apa pun yang ada di sekitarnya. Maka, Rusia tidak dapat menargetkan satelit-satelit Amerika tanpa membahayakan satelitnya sendiri, yang banyak di antaranya beroperasi pada orbit yang sama.
Memang, potensi kerusakannya tidak dapat diabaikan: Dalam Starfish Prime, sebuah uji coba senjata pada tahun 1962 selama Perang Dingin, hulu ledak nuklir berkekuatan 1,4 megaton diledakkan di orbit rendah Bumi. Pengujian tersebut menghilangkan sekitar sepertiga dari satelit aktif di orbit akibat ledakan, puing-puingnya, dan radiasi yang tertinggal.
Saat ini, di ketinggian tersebut ada Stasiun Luar Angkasa Internasional, Teleskop Hubble, dan sekitar 4.000 satelit SpaceX Starlink. Satelit GPS beroperasi lebih tinggi dari itu, di orbit tengah Bumi (sekitar 12.500 mil di atas Bumi). Satelit-satelit pengumpul intelijen, satelit kendali komando nuklir, dan banyak satelit SATCOM milik AS yang bernilai miliaran dolar berada lebih atas lagi di orbit geostasioner.
Informasi intelijen terkini mengenai calon senjata Rusia tidak memberikan indikasi bahwa senjata tersebut akan berukuran hampir sama dengan hulu ledak Starfish Prime, atau pada ketinggian berapa senjata tersebut akan ditembakkan.
Risiko paling signifikan untuk saat ini adalah potensi senjata tersebut akan meningkatkan ketegangan internasional antara AS dan Rusia. Senjata itu mungkin belum sepenuhnya siap sehingga tidak perlu dikhawatirkan berlebihan, terlebih Rusia pasti tidak sembarangan memakainya.***dtc/mpc/bs