Washington DC(MedanPunya) Seorang senator AS dari Partai Demokrat, Mark Kelly, mengatakan pada Senin (10/3) bahwa keputusan pemerintahan Donald Trump menghentikan berbagi informasi intelijen dengan Ukraina telah memperlemah pertahanan Ukraina terhadap Rusia.
Kelly baru saja mengunjungi Ukraina dan dia tidak menggap serius tuduhan penasihat Trump, Elon Musk, yang menyebut dirinya sebagai “pengkianat”.
“Seratus persen,” kata Senator Kelly kepada wartawan saat ditanya apakah dia, selama kunjungannya, mendengar laporan tentang serangan atau insiden tertentu yang mungkin akan berbeda situasinya jika Ukraina memiliki informasi intelijen tersebut.
“Jika ada hal-hal yang mereka butuhkan tetapi tidak mereka dapatkan, itu akan memengaruhi kemampuan mereka untuk bertahan dari serangan,” kata Kelly.
“Serangan-serangan itu terjadi pada Jumat malam, pada Sabtu, ketika saya berada di sana.”
Senator dari Arizona itu tidak memberikan rincian lebih lanjut.
Sejak Kamis lalu, otoritas Ukraina telah melaporkan sejumlah serangan Rusia, termasuk yang menyebabkan kerusakan pada infrastruktur energi dan gas Ukraina, serta serangan rudal dan drone yang menewaskan setidaknya 14 orang dan melukai 37 lainnya.
Otoritas Ukraina mengatakan, Rusia melancarkan banyak serangan udara pada Senin malam di Kyiv, ibu kota negara itu.
Kelly, anggota Komite Dinas Bersenjata Senat, berada di Ukraina dari Sabtu hingga Minggu lalu untuk menunjukkan dukungan kepada rakyat Ukraina dan menilai situasi di sana.
Pemerintahan Trump mengumumkan pada minggu lalu bahwa pihaknya menghentikan pertukaran informasi intelijen dengan Ukraina.
Hal itu semakin menekan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy, agar mau berkoordinasi dengan Presiden AS Donald Trump dalam melakukan perundingan damai dengan Rusia.
Penangguhan tersebut dilakukan setelah AS menghentikan bantuan militer untuk Kyiv, setelah pertemuan di Gedung Putih di mana Trump dan Wakil Presiden JD Vance—yang selama menjabat di Senat menentang bantuan untuk Ukraina—terlibat konfrontasi terbuka dengan Zelenskiy.
Zelenskiy telah berada di Arab Saudi pada Senin kemarin untuk bertemu dengan Putra Mahkota Saudi, Mohammed bin Salman, sehari sebelum pembicaraan antara pejabat Ukraina dan AS yang diharapkan Washington dapat menghasilkan kemajuan signifikan dalam mengakhiri perang Rusia dengan Ukraina.
Dukugan untuk Ukraina, yang dulu mendapat sokongan kuat dari puluhan anggota Partai Republik pro-Trump maupun Demokrat, kini menjadi semakin terpecah menurut garis partai sejak Trump memulai masa jabatan keduanya pada 20 Januari lalu.
Dukungan Partai Demokrat terhadap Kyiv tetap solid, tetapi Partai Republik mulai ragu, dengan Ketua DPR dari Partai Republik, Mike Johnson, menyatakan bahwa tidak ada “minat” untuk mengajukan rancangan undang-undang bantuan baru.
Sebagai bukti perpecahan politik yang semakin tajam, Musk menyebut Kelly sebagai “pengkhianat” di X.com, platform media sosial miliknya, setelah Kelly menulis bahwa dia mengunjungi Ukraina akhir pekan lalu dan menuduh Trump berusaha melemahkan Ukraina menjelang perundingan damai.
Kelly, mantan astronot yang pernah bertugas sebagai pilot tempur selama 25 tahun berkarier di Angkatan Laut AS, menanggapi pertanyaan wartawan tentang Musk dengan mengatakan, “Jelas, dia bukan orang yang bisa dianggap serius.”
Di X, Kelly membalas Musk dengan menulis, “Pengkhianat? Elon, jika kamu tidak memahami bahwa membela kebebasan adalah salah satu prinsip utama yang menjadikan Amerika hebat dan menjaga keamanan kita, mungkin lebih baik kamu biarkan kami yang memahaminya menangani hal ini.”
Perjalanan Kelly kali ini merupakan kunjungan ketiganya ke Ukraina sejak 2023.***kps/mpc/bs