Washington DC(MedanPunya) Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyampaikan ketidaksenangannya terhadap dugaan serangan Ukraina ke salah satu kediaman Presiden Vladimir Putin.
Klaim serangan yang kemudian dibantah oleh Kyiv ini muncul di tengah fase krusial negosiasi untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung hampir empat tahun.
Ukraina menyebut tuduhan tersebut sebagai rekayasa politik tanpa dasar yang bertujuan merusak upaya perdamaian yang dipimpin Amerika Serikat.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov pada Senin (29/12) mengatakan, Ukraina telah menembakkan puluhan drone ke kediaman Putin di wilayah Novgorod.
Ia menyebut total ada 91 wahana udara tak berawak jarak jauh yang diluncurkan antara Minggu malam hingga Senin dini hari, dan seluruhnya berhasil ditembak jatuh oleh sistem pertahanan Rusia.
“Mengingat kemerosotan total rezim kriminal Kyiv, yang telah beralih pada kebijakan terorisme negara, posisi negosiasi Rusia akan dipertimbangkan kembali,” ujar Lavrov, tanpa memberikan rincian lebih lanjut maupun bukti atas klaim tersebut.
Di sisi lain, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menepis tudingan Moskwa dan menyebutnya sebagai rekayasa yang bertujuan menggagalkan proses perdamaian. Ia mengatakan, klaim Rusia itu “sepenuhnya fabrikasi.”
Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang sebelumnya melakukan panggilan telepon dengan Putin pada hari yang sama, justru menyampaikan kritik terhadap Kyiv.
Di kediamannya di Mar-a-Lago, Florida, Trump mengatakan, ia tidak menyukai dugaan serangan tersebut.
“Saya tidak menyukainya. Ini tidak baik,” kata Trump kepada wartawan.
“Anda tahu siapa yang memberi tahu saya tentang itu? Presiden Putin yang memberi tahu saya,” tambahnya.
Trump juga menekankan bahwa situasi saat ini sangat sensitif.
“Ini adalah periode yang rumit. Ini bukan waktu yang tepat,” ujarnya.
Tuduhan Rusia tersebut muncul pada saat yang krusial dalam proses perdamaian.
Ukraina menyatakan telah menyetujui sekitar 90 persen dari rancangan rencana perdamaian yang disusun Amerika Serikat, termasuk soal jaminan keamanan pascaperang. Namun, isu wilayah masih menjadi ganjalan utama.
Rusia, yang terus mencatatkan kemajuan di medan tempur dalam beberapa bulan terakhir, berulang kali menolak rencana apa pun yang tidak memenuhi tuntutan maksimalnya.
Dalam percakapan telepon dengan Trump, Putin mengatakan, ia tetap berkomitmen pada proses perdamaian, tetapi akan “merevisi” posisi negosiasi Rusia menyusul dugaan serangan drone tersebut, menurut pernyataan Kremlin.
Adapun Rusia menginvasi Ukraina pada Februari 2022 dengan menyebut aksinya sebagai “operasi militer khusus” untuk mendemiliterisasi Ukraina dan mencegah perluasan NATO.
Sebaliknya, Kyiv dan sekutu-sekutunya di Eropa menilai perang tersebut sebagai agresi ilegal dan perebutan wilayah secara paksa, yang telah memicu kekerasan dan kehancuran terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II.
Trump mengatakan kesepakatan damai “sangat dekat” setelah ia berbicara dengan Zelensky pada Minggu.
Zelensky pada Senin juga mengumumkan bahwa Amerika Serikat akhirnya menjanjikan jaminan keamanan dalam penyelesaian pascaperang, meski hanya untuk jangka waktu 15 tahun dengan kemungkinan perpanjangan.
Meski demikian, isu krusial mengenai wilayah—termasuk masa depan pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia yang diduduki Rusia di Ukraina selatan—masih belum menemukan titik temu.
Putin mendorong penguasaan penuh atas wilayah Donetsk di Ukraina timur dan menegaskan pada Senin bahwa militernya tetap menargetkan penguasaan wilayah tersebut serta tiga wilayah Ukraina lain yang diklaim Moskwa.***kps/mpc/bs









