Jakarta(MedanPunya) Presiden Bank Dunia David Malpass mengatakan faktor terbesar dalam penurunan perkiraan pertumbuhan adalah kontraksi 4,1% di seluruh Eropa dan Asia Tengah.
Faktor lain di balik perlambatan pertumbuhan dari perkiraan Januari adalah lonjakan biaya makanan dan energy yang ditanggung oleh konsumen di negara maju di seluruh dunia.
Ini sebagian merupakan akibat dari sanksi Barat terhadap energi Rusia, yang telah menaikkan harga minyak dan gas di seluruh dunia. Gangguan pasokan ekspor pertanian Ukraina juga disebut sebagai faktor yang mendorong harga lebih tinggi.
Rusia telah memblokade pelabuhan-pelabuhan utama di Laut Hitam Ukraina, sehingga sangat berbahaya bagi kapal-kapal yang membawa biji-bijian dan produk-produk lain untuk menempuh jalur maritim utama yang menghubungkan Ukraina ke seluruh dunia tersebut.
“Kami sedang mempersiapkan tanggapan krisis yang berkelanjutan, mengingat banyaknya krisis. Selama beberapa minggu ke depan, saya berharap untuk bisa berdiskusi dengan dewan kami, respons pembiayaan krisis baru selama 15 bulan sekitar US$ 170 miliar yang mencakup April 2022 hingga Juni 2023,” ujarnya.
Paket pembiayaan krisis Ukraina ini bahkan lebih besar daripada yang diselenggarakan Bank Dunia untuk bantuan Covid-19, yang mencapai $160 miliar.
Namun, kerusakan yang disebabkan oleh invasi Rusia ke Ukraina terhadap ekonomi global tidak ada artinya dibandingkan dengan efek bencana yang ditimbulkannya terhadap ekonomi Ukraina.
Awal bulan ini, Bank Dunia memproyeksikan bahwa PDB tahunan Ukraina akan turun 45,1%, angka yang mencengangkan untuk negara berpenduduk lebih dari 40 juta orang. Sebelum perang, para analis telah memperkirakan bahwa PDB Ukraina akan meningkat tajam di tahun-tahun mendatang.
Ekonomi Rusia juga mendapat pukulan besar, sebagian besar karena dampak sanksi dan embargo perdagangan yang didukung NATO dan Barat.
Pada awal April, Bank Dunia memperkirakan bahwa PDB Moskow akan turun 11,2% tahun ini sebagai akibat dari sanksi tersebut.
Presiden Rusia Vladimir Putin bersikeras kekuatan Barat telah gagal dalam apa yang disebutnya kampanye “blitz” perang ekonomi melawan Rusia.
Setelah jatuh tajam pada minggu-minggu pertama perang, nilai rubel Rusia telah pulih. Tetapi para ekonom mengatakan pemulihan ini adalah ilusi yang diciptakan oleh kontrol mata uang internal yang ketat yang diberlakukan oleh Kremlin, yang secara keliru telah menggelembungkan nilai rubel di dalam Rusia.***dtc/mpc/bs