Jakarta(MedanPunya) Bank Dunia (World Bank) memproyeksikan ekonomi Indonesia hanya mencapai 5,0 persen pada tahun 2022.
Proyeksi ini lebih baik dibanding prediksi sebelumnya di angka 4,8 persen. Adapun pada tahun 2021, pertumbuhan ekonomi RI bisa mencapai 4,4 persen.
Namun demikian, proyeksi ini di bawah target pemerintah pada rentang 5,2 persen-5,8 persen.
“Ada margin ketidakpastian yang sangat tinggi. Apabila kita melihat proyeksi pertumbuhan, yaitu 4,4 persen pada 2021 dan proyeksi 5 persen di 2022,” kata Lead Economist Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor Leste, Habib Rab dalam Indonesia Economic Prospects, Kamis (17/6).
Habib menuturkan, angka pertumbuhan pada tahun 2022 diasumsikan dari lebih cepatnya pemberian dosis vaksinasi Covid-19 kepada rakyat. Namun agar sesuai prediksi, Indonesia dinilai perlu menyelesaikan tiga tantangan.
Tiga tantangan yang dimaksud adalah menang melawan penyebaran Covid-19 dengan vaksinasi massal, mensejajarkan strategi fiskal dan moneter sampai pemulihan ekonomi lebih kuat, dan mengembangkan strategi fiskal jangka menengah seperti meningkatkan pendapatan negara melalui pajak.
Habib menuturkan, prioritas vaksinasi harus diperluas ke daerah-daerah lain dengan transmisi tinggi.
“Kemudian testing, tracing, dan akselerasi untuk intervensi menjadi penting, bersamaan dengan restriksi pergerakan dari orang-orang,” beber Habib.
Tantangan selanjutnya adalah mengelola tekanan finansial dari luar untuk menahan tingkat inflasi yang terlalu tinggi. Upaya menjaga tingkat suku bunga acuan pun perlu dilakukan, tapi di sisi lain mampu menahan aliran modal keluar. Cara-cara ini mampu memulihkan ekonomi dalam jangka menengah.
Adapun untuk pemulihan jangka pendek, Bank Dunia menyarankan Indonesia terus menyalurkan bantuan sosial yang memadai dalam upaya mengurangi risiko terkait kemiskinan yang meningkat.
Terungkap, dengan dipertahankannya paket bantuan sosial seperti pada tahun 2020 di tahun 2021, maka berpotensi menjaga 4,7 juta orang tetap berada di luar kemiskinan.
“Dalam asesmen kami, menjaga paket bantuan akan dapat mengurangi tingkat kemiskinan dengan cukup signifikan, dan kebijakan fiskal akan turut mendorong program vaksinasi. Bila vaksinasi baik, maka menjaga kepercayaan masyarakat,” tutur Habib.
Langkah ketiga yakni mengembangkan strategi fiskal jangka menengah, termasuk rencana yang jelas untuk meningkatkan pendapatan pajak dan menekankan belanja prioritas.
Habib meyakini, meningkatkan pendapatan negara dari pajak dapat membantu Indonesia kembali pada defisit fiskal 3 persen dari PDB pada tahun 2023.
“Revenue atau pendapatan kalau ada krisis naiknya susah sekali. Tapi pada saat yang bersamaan belanja negara harus naik. Oleh karena itu belanja prioritas dan peningkatan basis pajak menjadi sangat relevan,” pungkas Habib.***kps/mpc/bs