Cabut Bea Impor, China Merapat ke Afrika

Jakarta(MedanPunya) Terhitung mulai 1 September 2022, semua komoditas pertanian dan tambang dari sembilan negara termiskin di Afrika yang masuk ke China mendapat pembebasan pajak. Negara-negara itu adalah Republik Afrika Tengah, Chad, Djibouti, Eritrea, Guinea, Mozambik, Rwanda, Sudan, dan Togo.

Sejumlah negara miskin di Asia juga diundang dalam skema tersebut.

Pembebasan bea masuk oleh Beijing diputuskan setelah kunjungan Presiden Xi Jinping pada KTT Afrika-Cina pada November 2021. Di sana, dia mengumumkan tekad menggandakan impor produk agrikultur Afrika.

Xi mencanangkan pertumbuhan volume impor menjadi sebesar USD300 miliar per tahun pada 2035. Saat ini Afrika, yang mengandalkan komoditas tani dan tambang, hanya mengekspor sejumlah kecil ke Cina.

Pada 2020, impor bahan pangan dan pertanian dari Afrika mencapai USD161 miliar, cuma mewakili 2,6 persen pada nilai total impor Cina. Kebijakan tarif yang baru diharapkan bisa memperlancar arus barang antarbenua.

Ekonom Mozambik, Joao Mosca, meyakini skema bea masuk ini “tidak akan berdampak apapun terhadap perekonomian negara,” tuturnya kepada DW. Menurutnya, Mozambik masih bergantung pada impor bahan pangan dan belum memiliki kapasitas ekspor yang mumpuni.

Cina adalah kreditur utama bagi Mozambik dan mitra dagang terbesar ketiga. Namun, arus perdagangan umumnya berjalan searah. Demi membiayai impor dari Cina, pemerintah Mozambik sudah mengalokasikan seporsi besar anggaran belanja.

Pembebasan tarif impor oleh Cina tidak membantu mengurangi defisit anggaran di Maputo atau mengendurkan beban utangnya, kata Mosca. Namun begitu, Beijing belakangan mulai tertarik kepada komoditas andalan Mozambik. Belum lama ini, Cina menggaet Korea Selatan untuk menggarap cadangan gas alam di Basin Rovuma, di Provinsi Cabo Delgado, yang akan mulai berproduksi tahun 2024.

Analis pasar meyakini, Beijing punya selera yang lebih besar terhadap cadangan gas Mozambik.

“Cina semakin bergantung pada suplai energi dan mineral dari Afrika, termasuk kobalt dan batu bara, yang dibutuhkan untuk industri teknologi tinggi,” kata Chenshen Yen, pakar Afrika di Universitas Chengchi, Taiwan.

“Saya yakin kebijakan tarif ini akan membantu Cina mengimpor lebih banyak bahan mentah dari Afrika dan memudahkan komoditas mineral Afrika untuk masuk ke Cina,” imbuhnya.

Harry Verhoeven, peneliti di Center on Global Energy Policy di Colombia University, AS, mengatakan penghapusan bea masuk mineral dari Afrika tidak akan banyak berdampak pada aliran sumber daya alam Afrika ke Asia Timur yang saat ini pun sudah besar.

“Kebijakan itu hanya akan membuat biaya impor bagi pelaku usaha Cina menjadi lebih murah,” kata dia. Namun demikian, Verhoeven menilai peluang terbesar bagi Afrika adalah mendapat pengurangan tarif bagi produk manufaktur.

“Ada bukti-bukti yang mengindikasikan bahwa kebijakan Cina mengurangi bea masuk mendorong negara-negara Afrika melakukan diversifikasi ekspor.”

Meski gairah yang besar terhadap produk Afrika, ekspansi Beijing terutama didorong keuntungan geopolitik, kata Mosca. Hal ini terutama berkaitan dengan perang di Ukraina, yang menyulitkan banyak negara Afrika.

Situasi ini membuka peluang bagi Cina untuk memetik keuntungan, tuturnya. “Cina pada dasarnya berkata: “Lihatlah, selalu ada pilihan lain terhadap kebergantungan usang kalian terhadap Eropa dan AS.”***dtc/mpc/bs

 

Berikan Komentar:
Exit mobile version