Ekonomi China Bebani Pergerakan Harga Minyak Dunia

New York(MedanPunya) Harga minyak mentah dunia susut hampir 1 persen pada akhir perdagangan Selasa (5/3) waktu setempat atau Rabu (6/3) pagi WIB, lantaran pasar skeptis terhadap kinerja perekonomian Chiina.

Harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Februari turun 0,9 persen atau 76 sen AS ke level 82,04 dollar AS per barrel.

Sementara minyak mentah berjangka Intermediate West Texas Intermediate (WTI) AS turun 0,8 persen atau 59 sen AS ke level 78,15 dollar AS per barrel.

Kondisi perekonomian China, importir minyak mentah terbesar di dunia, telah membebani pergerakan harga minyak. Negeri Tirai Bambu itu menargetkan pertumbuhan ekonomi mencapai sekitar 5 persen di 2024.

Target itu sama seperti tahun lalu, dan memang sejalan dengan ekspektasi para analis, namun kurangnya rencana stimulus besar-besaran untuk menopang perekonomian negara yang sedang kesulitan telah mengecewakan para investor.

“Target pertumbuhannya baik-baik saja, namun yang hilang adalah bagaimana mereka ingin mencapainya, stimulusnya seperti apa, ini yang masih belum jelas untuk saat ini,” kata analis UBS, Giovanni Staunovo.

Selain kondisi China, Staunovo menilai, sentimen penghindaran risiko di pasar keuangan yang lebih luas juga memberikan tekanan pada harga minyak.

Tercermin dari harga emas yang mencapai rekor tertinggi pada Selasa kemarin karena meningkatnya spekulasi penurunan suku bunga AS di Juni 2024, sementara Wall Street jatuh karena melemahnya saham-saham berkapitalisasi besar.

“Pasar sebenarnya sedang menantikan berita utama berikutnya, dengan fokus pada laporan penyimpanan (stok minyak mentah AS) mendatang,” kata analis Mizuho Robert Yawger.

Pasar memperkirakan persediaan minyak mentah AS meningkat sekitar 2,1 juta barrel pada minggu lalu, yang sekaligus akan menjadi minggu keenam berturut-turut terjadi peningkatannya. Sementara untuk stok minyak sulingan dan bensin diperkirakan menurun.***kps/mpc/bs

Adapun data resmi terkait persediaan minyak mentah AS akan dirilis pekan ini dari kelompok industri American Petroleum Institute dan dari Badan Informasi Energi AS.

 

Berikan Komentar:
Exit mobile version