Jakarta(MedanPunya) Perusahaan pelayaran ekspor ternak Australia, Wellard, sekarang mengoperasikan dua pertiga armadanya dari Amerika Selatan, di mana perdagangan ekspor ternak sedang meningkat pesat.
Manajer pengembangan bisnis Wellard, Tim O’Donnell, mengatakan kepala pengangkut ternak Ocean Swagman dan Ocean Drover telah dikirim ke Brasil untuk mengangkut pengiriman ternak yang sebagian besar ke Trkiye.
O’Donnell memperkirakan antara 30 dan 40 persen armada pengangkut ternak global kini beroperasi dari Amerika Selatan.
“Pendorong utama untuk hal ini adalah dikeluarkannya izin impor ke Trkiye untuk 500.000 ekor sapi,” jelasnya.
“Ini program besar, memerlukan kapal yang lebih besar, karena mencari sumber ternak terutama dari Brasil dan juga Uruguay.”
O’Donnell mengatakan Trkiye pernah mengimpor sapi dari Australia sebelumnya, tapi dia mengatakan upaya mengumpulkan volume ternak dari bagian selatan Australia yang bebas virus bluetongue, menjadi tantangan saat ini.
O’Donnell yang baru kembali dari Brasil mengatakan jenis ternak yang diatur untuk ekspor negara itu kini mengesankan.
“Mereka mengerjakan cara membiakkan sapi yang multiguna dan bermanfaat untuk kebutuhan berbagai pasar yang berbeda,” katanya.
Dia mengatakan sapi F1 Brangus sebagian besar dijual sebagai sapi jantan muda, yang menjadi preferensi di banyak negara Timur Tengah, dengan harga sekitar AS$2,30 per kilogram.
Muncul sejumlah anggapan bahwa Brasil bersiap untuk mengirimkan sapi ke Indonesia yang merupakan pasar terbesar Australia untuk ekspor sapi hidup.
Menurut O’Donnell,konsensus di antara eksportir yang telah dia ajak bicara adalah bahwa pengiriman uji coba pasti terjadi, tapi mungkin dalam periode 12 hingga 18 bulan lagi.
“Saat ini fokus mutlak adalah pada tender dengan Trkiye, diikuti oleh Irak, Mesir, dan pasar negara berkembang seperti Maroko dan Aljazair,” katanya.
O’Donnell mengatakan keunggulan nyata bagi Australia adalah jarak ke pasar Indonesia, karena dibutuhkan waktu sekitar empat hari untuk mengirim sapi dari Darwin ke Jakarta, tapi memakan waktu sekitar 22 hari dari So Sebastio ke Jakarta.
Dia mengatakan potensi yang akan merugikan kelangsungan ekspor Australia adalah biaya kepatuhan, yang sekarang diperkirakan membebani eksportir antara $15 hingga $25 per ekor.
“Dorongan besar dari Brasil sebenarnya adalah untuk meningkatkan kehadiran mereka di Indonesia dengan daging sapi kotak,” katanya.
“Jadi secara realistis saya bisa katakan kesepakatan (Indonesia – Brasil) yang mencakup komponen ternak hidup, akan berujung pada kerugian.”
“Tapi saya dapat membayangkan pengiriman terjadi seperti itu, meskipun secara logis tidak masuk akal secara ekonomis.”
O’Donnell menjelaskan salah satu rute perdagangan ekspor ternak hidup yang menarik tahun ini adalah pengiriman melalui Sungai Danube di Eropa ke Pelabuhan Reni,Ukraina.
“Kami memperhatikan adanya beberapa kapal yang beroperasi antara Mesir dan Ukraina,” katanya.
“Gambarannya yakni ternak dikirim dari Kolombia ke Mesir, kemudian dimuat ke kapal yang lebih kecil ke Danube.Jadi di mana ada kemauan di situ ada jalan,” paparnya.***dtc/mpc/bs