Harga Beras RI Termahal di ASEAN, Pengusaha Ingatkan Ancaman Banjir Impor

Jakarta(MedanPunya) Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia mengingatkan pemerintah perlunya mewaspadai dampak disparitas harga beras yang terlalu tinggi. Jika perbedaan harga di dalam negeri dengan luar negeri terlalu jauh, kecenderungan untuk impor beras sangat tinggi dan bisa memberi ancaman bagi petani.

“Polemik impor beras dan soal harga yang dinilai tinggi, jangan sampai mengubah fokus dalam menjaga ketahanan pangan,” kata Ketua Umum KADIN Arsjad Rasjid, Kamis (29/12).

Indonesia sejatinya telah mewujudkan swasembada beras pada periode 2019-2021. Pada periode ini, Indonesia hanya mendatangkan beras khusus yang merupakan jenis yang tidak ditanam di Indonesia. Beras khusus ini umumnya diperuntukkan bagi hotel, restoran, hingga pelaku bisnis katering.

Berdasarkan data BPS, Indonesia mengimpor beras khusus mencapai 407,7 ribu ton pada 2021, angka tersebut naik dari 2020 yang hanya 356,3 ribu ton.

Pemerintah akhirnya menilai impor beras dibutuhkan untuk menstabilkan harga yang merangkak naik di tingkat konsumen. Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) mendata, secara nasional harga beras medium di tingkat pasar tradisional per Selasa (6/12) berkisar Rp 12.200 per kilogram (kg) hingga Rp 12.400 per kg.

Arsjad menilai dalam jangka panjang perlu didorong investasi di bidang penelitian, penyuluhan dan pengembangan sumber daya manusia pertanian agar mampu meningkatkan produktivitas. Dia menegaskan pentingnya memperkuat ketahanan pangan mengingat ke depan ada potensi krisis global.

Menurutnya dalam kondisi krisis global, komoditas pangan bisa ikut terimbas dan berdampak serius bagi rantai pasok (supply chain) perdagangan global, termasuk di sektor pangan. Gangguan pada pasokan berpotensi mendorong kenaikan harga sehingga daya jangkau masyarakat menjadi lemah.

Arsjad mencontohkan, kenaikan harga beras yang relatif besar di beberapa wilayah di Indonesia. Berdasarkan data PIHPS, ada dua wilayah di mana rata-rata harga beras eceran naik di atas 5% pada 6 Desember 2022 dibandingkan sebulan sebelumnya.

Daerah dengan peningkatan harga rata-rata terbesar adalah Sulawesi Barat (6,6%) dan Kalimantan Tengah (5,6%). Selain itu, ada sekitar 11 daerah yang masih defisit beras.

Menurut Arsjad, krisis pangan ditandai oleh sejumlah hal di antaranya pasokan bahan pangan yang berkurang atau harga yang makin tak terjangkau.

“Jangan sampai kondisi krisis pangan terjadi di Indonesia karena dampaknya bisa meluas ke masalah sosial,” ucap Arsjad.***dtc/mpc/bs

 

Berikan Komentar:
Exit mobile version