Jakarta(MedanPunya) Harga minyak mentah dunia terus naik dan kini menembus US$ 80,69 per barel atau sekitar Rp, 1,1 juta (kurs dolar Rp 14.303) pada Selasa (28/9) kemarin. Angka tersebut naik selama tujuh hari berturut-turut karena krisis energi di Eropa.
Analis meyakini harga minyak akan terus naik di tengah melonjaknya permintaan dan ketatnya pasokan minyak seperti yang terjadi di Inggris. Harga minyak saat ini juga level tertinggi sejak Oktober 2018.
Goldman Sachs memprediksi Brent bisa mencapai US$ 90 per barel pada akhir tahun. Hal itu menjadi tanda bahwa pertumbuhan laba perusahaan Eropa pada 2021 akan terkoreksi karena kenaikan biaya produksi, harga gas, dan pertumbuhan ekonomi yang melambat.
“Ketika pertumbuhan melambat, semakin sulit bagi perusahaan untuk menanggung biaya input yang lebih tinggi yang merupakan ancaman untuk margin laba bersih,” kata Wall Street.
Di sisi lain, minyak mentah Brent naik sekitar 55% untuk tahun ini. West Texas Intermediate (WTI) juga naik menjadi US$ 75 per barel.
Vitol Group, salah satu pedagang minyak independen terbesar di dunia memperkirakan permintaan global untuk minyak mentah meningkat 500.000 barel per hari pada musim dingin ini.
“Demikian pula, India, importir minyak mentah terbesar kedua, juga telah meningkatkan impor minyaknya ke level tertinggi (dalam) tiga bulan pada Agustus lalu, mereka memproyeksikan permintaan (akan) lebih tinggi ke depan,” kata Naeem Aslam, kepala analis pasar di Think Markets.
OPEC+ juga mengatakan akan ada lonjakan permintaan, tetapi sedikit lebih rendah dari yang diprediksi Vitol Group yaitu sekitar 370.000 barel per hari.
Di Inggris, harga bahan bakar melonjak tajam dipicu kekurangan pasokan. Juru bicara bahan bakar RAC, Simon Williams mengatakan kondisi tersebut cukup mengkhawatirkan.
“Dengan harga minyak naik dan sekarang mendekati level tertinggi (selama) tiga tahun, harga grosir dipaksa naik, artinya pengecer harus membayar lebih tinggi dengan jumlah bahan bakar yang sama,” kata Williams.***dtc/mpc/bs