Jakarta(MedanPunya) Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza mengatakan, industri pulp dan kertas memiliki kontrobusi yang signifikan terhadap perekonomian. Secara nasional, nilai ekspor industri ini mencapai US$ 8,28 miliar atau sekitar Rp 134,1 triliun (kurs Rp 16.200) pada tahun 2023.
“Industri pulp dan kertas memiliki kontribusi signifikan bagi perekonomian nasional dengan total ekspor mencapai USD 8,28 miliar pada tahun 2023 dan menyumbang sekitar 4,03% terhadap PDB industri pengolahan nonmigas,” kata Faisol dalam keterangannya, Selasa (14/1).
Meski demikian, ia juga menyoroti beberapa tantangan yang dihadapi industri pulp dan kertas, seperti ketersediaan bahan baku kertas daur ulang (KDU), kebijakan EU Waste Shipment Regulation (EUWSR), Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP), dan EU Carbon Border Adjustment Mechanism (CBAM).
“Ketahanan industri menjadi perhatian penting pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, dan kami optimis melalui langkah strategis yang tepat, industri ini dapat terus berkembang dan berkontribusi terhadap perekonomian nasional,” tambahnya.
Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) telah menggelar Rapat Kerja Tahun 2024 di Hotel Aryaduta Menteng, Jakarta. Dalam acara tersebut, Ketua Umum APKI Liana Bratasida menekankan pentingnya acara itu sebagai langkah strategis untuk merumuskan kebijakan dalam meningkatkan daya saing Industri Pulp dan Kertas (IPK) di tengah ketidakpastian kondisi global.
“Tantangan global dan domestik harus dipandang tidak hanya sebagai ancaman, tetapi juga sebagai peluang untuk merumuskan langkah-langkah strategis dan inovatif,” katanya.
Liana juga mengungkapkan bahwa saat ini masih terdapat 54 industri kertas yang menggunakan bahan baku kertas daur ulang (KDU), yang sebagian besar kebutuhan KDUnya masih perlu diimpor. Importasi KDU ini mencerminkan upaya implementasi ekonomi sirkular dalam industri pulp dan kertas Indonesia.
“Kami berharap kebijakan pemerintah dapat menjamin ketersediaan bahan baku KDU agar industri pulp dan kertas dapat menjaga daya saing dan berkelanjutan,” tambahnya.
Hannah Zhao, Direktur Fiber di Fastmarkets RISI menyampaikan bahwa Asia, terutama Asia Tenggara dan India, akan menjadi pendorong utama pertumbuhan permintaan pulp dan kertas global hingga 2026.
“Dengan populasi yang terus berkembang dan tingkat konsumsi per kapita yang relatif rendah, kawasan ini memiliki potensi besar untuk pertumbuhan. Namun, tantangan oversupply dan kualitas serat daur ulang tetap menjadi isu utama yang perlu dikelola,” ungkap Hannah.***dtc/mpc/bs