Neraca Dagang RI Surplus dengan As, tapi Tekor Sama Australia-Brasil

Jakarta(MedanPunya) Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus neraca perdagangan barang periode Februari 2023 sebesar US$ 5,48 miliar. Ini merupakan surplus yang terjadi selama 34 bulan berturut-turut.

Deputi Bidang Statistik Produksi, M Habibullah mengungkapkan ada tiga negara yang menyumbang surplus terbesar yaitu Amerika Serikat (AS) sebesar US$ 1,32 miliar dengan nilai ekspor US$ 1,91 miliar dan impor US$ 583,6 juta. Untuk penyumbang surplus terbesar dari AS adalah mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya US$ 396,4 juta dan pakaian dan aksesori (bukan rajutan) US$ 183 juta.

“Kemudian pakaian dan aksesorisnya (rajutan) US$ 165,3 juta,” kata dia dalam konferensi pers di kantor BPS, Jakarta Pusat, Rabu (15/3).

Negara berikutnya, India surplus neraca perdagangan US$ 1,08 miliar dengan nilai ekspor US$ 1,61 miliar dan impor US$ 531,4 juta. Komoditasnya bahan bakar mineral US$ 730,2 miliar, lemak dan minyak hewan/nabati US$ 249,3 juta dan bijih logam, terak dan abu US$ 119,4 juta.

Selanjutnya China juga menyumbang surplus neraca perdagangan sebesar US$ 999,8 juta dengan nilai ekspor US$ 5,03 miliar dan impor US$ 4,03 miliar. Komoditasnya besi dan baja US$ 1,17 miliar, bahan bakar mineral US$ 1,12 miliar serta lemak dan minyak hewan/nabati US$ 594,6 juta.

Kemudian untuk negara yang defisit neraca perdagangan yaitu Australia US$ 400,4 juta dengan nilai ekspor US$ 221,2 juta dan impor US$ 621,6 juta. Komoditas penyumbang serealia minus US$ 135,2 juta, logam mulia dan perhiasan/permata minus 93,6 juta serta bahan bakar mineral minus US$ 92,4 juta.

Berikutnya adalah Thailand yang defisit US$ 342,1 juta dengan nilai ekspor US$ 556,4 juta dan impor US$ 898,5 juta. Komoditas penyumbang gula dan kembang gula minus US$ 107,7 juta, mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya minus US$ 94,9 juta serta kendaraan dan bagiannya minus US$ 83,1 juta.

Terakhir RI masih defisit dengan Brasil US$ 158,8 juta dengan nilai ekspor US$ 108,6 juta dan nilai impor US$ 267,4 juta. “Penyumbang defisit terdalam dengan Brasil ini adalah ampas dan sisa industri makanan minus US$ 108,8 juta, serealia minus US$ 56,6 juta, bijih logam, terak dan abu minus US$ 39,4 juta,” jelas dia.***dtc/mpc/bs

 

Berikan Komentar:
Exit mobile version