Medan(MedanPunya) Imbas kenaikan harga dan kelangkaan kacang kedelai menyebabkan pengusaha tahu dan tempe di Kota Medan memilih untuk mogok produksi.
Kenaikan kacang kedelai sudah terjadi sejak akhir tahun 2020 masih berlangsung hingga saat ini.
Ketua Asosiasi Pengusaha Tahu Tempe Sumatera Utara Herniwati mengatakan mogok produksi ini sudah terjadi tiga hari belakangan.
Pihaknya akan berhenti produksi selama tujuh hari ke depan sambil berharap perhatian dari pemerintah dan DPRD Sumut.
“Jadi gimana? Pak Gubernur harus ikut turut campur, DPR juga harus bersuara karena untuk masyarakat kita. Perhatikan kami pak, harus bapak pantau secepatnya. Kami sudah mogok, sudah tiga hari tidak produksi karena kami enggak bisa membeli kacang kedelai yang harganya makin melonjak,” katanya.
Terkait kelangkaan kacang kedelai, ia juga mempertanyakan keberadaan stok kacang kedelai saat ini. Dikatakannya kebutuhan kacang kedelai di Kota Medan saja lebih dari 50 ton per hari.
“Katanya kacang kedelai cukup, mana stoknya? Kami tergejolak di Kota Medan karena tidak ada kacang kedelai. Kenaikannya mulai Desember sampai sekarang ini, dari Rp 6400 jadi Rp 10 ribu, setiap hari naik,” katanya.
Ia mengatakan selama ini untuk bertahan pihaknya terpaksa mengutang ke distributor kacang kedelai. Sedangkan harga tahu dan tempe di pasaran tidak bisa dinaikkan.
“Di Kota Medan ini 90 persen penduduknya makan tahu dan tempe. Mau naikkan harga kami enggak bisa karena memikirkan masyarakat ini. Sementara kami pengusaha tahu tempe sekarang kekurangan bahan,” katanya.
Ia mengatakan di asosiasi ini ada 70 pengusaha tahu dan tempe yang berproduksi dalam skala besar. Selain berdampak pada pengusaha, karyawan pun ikut terdampak atas mogoknya pengusaha tahu dan tempe ini.
“Tolong diperhatikan karena karyawan kita pun sudah tidak makan ini karena kami mau mogok. Pak Presiden pun harus peduli dengan kami. Mana janjinya Pak Presiden? Katanya kacang kedelai cukup stoknya,” katanya.
“Kami pengusaha tahu tempe akan mogok produksi selama tujuh hari ini. Mau lihat, bisa dipedulikan atau tidak. Kami ini sudah teraniaya, pabrik tahu dan tempe ini sudah menderita sekali,” katanya.
Pihaknya berharap pemerintah bisa kembali menstabilkan harga. Jika tidak diindahkan, pihaknya akan berhenti produksi tahu dan tempe selamanya.
“Kalau tidak ada perubahan kami akan mogok selamanya karena memang gak sanggup lagi untuk produksi dengan tingginya harga saat ini. Kita harapkan harga kacang kedelai di bawah Rp 7000 per kilogram baru kita bisa normal produksi,” pungkasnya.***trb/mpc/bs