Medan(MedanPunya) Sejumlah titik di Kota Medan kerap terendam banjir jika turun hujan. Penuntasan banjir ini dinilai harus menjadi salah satu masalah yang harus dicari solusinya oleh para calon Wali Kota Medan yang berkompetisi di Pilkada 2020.
Akademisi dari FISIP Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Akhyar Anshori, menilai para bakal cawalkot yang ada harus menjadikan solusi mengatasi banjir sebagai ‘bahan jualan’ mereka. Menurutnya, persoalan banjir di Medan sudah lama ada.
“Selain program kerja kesejahteraan, ekonomi, pastinya sarana-prasarana umum yang dimiliki Kota Medan, salah satunya mengatasi banjir. Banjir ini kan bukan sekadar di pinggiran Kota Medan. Bahkan di inti pusat Kota Medan, misalnya di seputaran Lapangan Merdeka yang beberapa waktu lalu sudah dilakukan pengerukan dan penyebaran potensi air menggenang di sekitar situ. Persoalannya adalah keseriusan kepala daerah menuntaskan ini,” ucap Akhyar, Rabu (9/9).
Dia mengatakan mengatasi banjir di pusat kota masih menjadi persoalan. Padahal, katanya, Medan dilintasi oleh sungai besar yang bisa mengalirkan air ke laut dengan cepat jika hujan turun.
“Kalau hujan 1 jam di depan Stasiun Kereta Api itu kan air tergenang, padahal di sisi kantor Wali Kota sudah sungai. Artinya, kalau drainase bagus, seharusnya air kan langsung mengalir. Konteksnya yang menjadi masalah umum ya banjir dan kemacetan. Ketika banjir datang, kemacetan makin berlipat dua kali dibanding setiap hari,” tuturnya.
Akhyar, yang juga Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UMSU, menilai hal wajar jika penuntasan banjir menjadi bahan kampanye politik. Namun, dia mengingatkan, persoalan banjir jangan cuma dibahas semasa kampanye. Dia menilai siapa pun yang terpilih harus rela menjadi ‘wali kota parit’ demi mengatasi persoalan banjir di Medan.
“Kewajiban siapa pun yang terpilih menyelesaikan itu. Kalau kita mengukur kemacetan, sulit selesai karena badan jalan cuma segitu saja tapi volume kendaraan bertambah tiap tahun. Kemacetan sulit diatasi siapa pun yang terpilih 5 tahun ke depan. Tapi, kalau banjir kan lebih mudah diatasi. Medan ini diapit beberapa aliran sungai untuk mengurai kuantitas air yang besar di tengah jalan hingga banjir diatasi lebih cepat. Kalau misal dijadikan ‘wali kota parit’ ya siapa pun wajib menyelesaikan itu karena memang itu paling realistis dibanding mengatasi kemacetan di Medan,” tuturnya.
Dia menilai mengatasi banjir mulai dari perbaikan parit atau saluran air juga bakal membantu memelihara kualitas aspal jalan. Sampah-sampah hingga pendangkalan sungai dinilainya juga bisa berkurang jika pengentasan banjir dimulai dari perbaikan drainase menjadi prioritas di Medan.
Sebelumnya, banjir terjadi di sejumlah titik di Kota Medan saat hujan mengguyur pagi ini. Banjir juga sempat melanda sebagian wilayah Kota Medan hingga menyebabkan warga mengungsi pada awal 2020. Saat itu, banjir menggenangi kawasan Medan Labuhan hingga 14 jam.***dtc/mpc/bs