Medan(MedanPunya) Junaidi (42) warga Jalan Amaliun, Medan, tewas usai dianiaya perampok saat akan menjual televisi bekas miliknya. Televisi bekas itu dijual Junaidi karena ingin membeli Set Top Box agar ibunya dapat menonton televisi.
Poniran, ayah almarhum Junaidi, peristiwa perampokan yang dialami anaknya itu terjadi sekitar 10 hari lalu. Setelah dirampok dan dianiaya, Junaidi dilarikan ke Rumah Sakit Madani hingga akhirnya meninggal dunia.
“Kata medis, dia alami pendarahan di kepala dan dadanya juga terasa sakit. Sampai akhirnya Senin (14/8) dini hari dia meninggal,” ujar Poniran, Rabu (16/8).
Pria yang sudah berusia 70 tahun ini mengatakan Junaidi awalnya kasihan melihat ibunya yang tak bisa lagi menonton televisi pasca siaran analog dihentikan pemerintah. Sehingga Junaidi berniat menjual televisi bekas yang ada di rumah mereka.
“Dia (Junaidi) ingin menjual televisi bekas di rumah supaya dapat membeli Set Top Box atau alat menangkap sinyal digita. Berangkat lah dia bawa televisi bekas pakai becak motor bapak sekitar pukul 13.00 WIB,” jelasnya.
Menurut dia, ketika itu Junaidi mulai keliling menawarkan televisi itu ke daerah Pasar Sukaramai hingga ke sekitar Pasar Ular. Tiba-tiba ada dua pria yang menawarkan diri untuk menjual televisi Juaidi ke temannya di Jalan Krakatau.
Tawaran itu diterima. Junaidi dan dua pria itu berangkat ke lokasi. Tiba di tempat, rupanya teman kedua pria itu masih kerja. Selanjutnya, tiga orang tersebut pergi ke suatu tempat untuk menunggu calon pembeli televisi bekasnya pulang.
Penantian itu sampai sekitar pukul 22.00 WIB. Akhirnya, Junaidi membawa dua pria itu kembali ke Jalan Krakatau untuk menjual televisi. Tepat di sekitar pekuburan, dua pria itu justru menyerang Junaidi. Tubuhnya dipukuli hingga pingsan di lokasi.
“Junaidi bilang tubuhnya dipukuli dua pria itu sampai pingsan. Lalu, dia sadar sekitar pukul 04.00 WIB. Becak motor dan televisinya sudah tidak ada. Dia bangun juga hanya tinggal pakai celana pendek dengan wajah yang dicoret pakai arang,” ungkapnya.
“Dia sebenarnya minta tolong ke warga di situ. Cuma karena penampilannya begitu, jadi dia dikira orang gila,” tambahnya sembari menangis.
Dengan kondisi terpaksa, Junaidi memilih berjalan kaki hingga sampai ke rumahnya. Dua hari setelah itu Junaidi dilarikan ke rumah sakit.
Kini, Junaidi telah dikebumikan. Poniran mengaku merasa amat terpukul dengan kepergian anaknya itu. Makanya, ia berharap besar agar kepolisian dapat mengungkap siapa yang merampok anaknya.
“Pastinya saya berharap agar perampok itu ditangkap dan dihukum sesuai ketentuan yang berlaku,” ujarnya.
Kapolsek Medan Timur Kompol Rona Tampubolon mengaku sudah mendapatkan informasi itu. Peristiwa itu pun masih terus mereka dalami.
“Ini masih didalami,” ujarnya.***dtc/mpc/bs