Medan(MedanPunya) Gubernur Sumatera Utara (Gusbu) Edy Rahmayadi mengaku trauma dengan Partai Golkar yang kini dipimpin oleh Wakil Gubernur Musa Rejekshah atau Ijeck. Edy pun disarankan untuk duduk membicarakan dengan Ijeck, sebab Golkar adalah salah satu partai pendukung Edy-Ijeck di Pilgub 2018 lalu.
“Pertama yang bisa menyelesaikan itu adalah Pak Ijeck dan Pak Edy, mestinya mereka ambil waktu untuk curhat masing-masing,” kata akademisi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) Shohibul Anshor Siregar, Kamis (22/9).
Shohibul menilai keduanya perlu ngobrol untuk mengevaluasi dan menelisik awal mulai persoalan ini. Meskipun nanti sedikit ‘bertengkar’, hal itu tidak masalah.
“Agak ‘bertengkar’ dikit tak masalah, tapi mereka berdua (perlu) untuk mengevaluasi di mana titik awalnya dulu ini, bisa nggak kita memperbaharui kembali,” ujarnya.
Meskipun banyak yang mengaitkan-ngaitkan hal itu dengan Pilkada 2024 nanti, Shohibul meminta untuk diredam dulu. Karena mereka masih punya tanggung jawab kepada pendukungnya dengan tagline Eramas, saat maju di Pilkada 2018 lalu.
“Karena yang menjadi tanggungjawab pertama adalah Eramas yang dikukuhkan oleh Pilkada 2018, nggak ada Ijeck kalau nggak ada Eramas, nggak ada juga Edy kalau nggak ada Eramas, Eramas itu siapa? Rakyat yang mendukung mereka, dan itu akan merasa kecewa jika mereka tidak bisa membuat satu kepemimpinan yang mengayomi rakyat,” ucapnya.
Dia juga menyarankan agar Edy maupun Ijeck tidak terlalu mendengar orang yang di sekitarnya. Kembali dia mengingatkan agar keduanya lebih baik untuk duduk bersama mencari akar konflik tersebut.
“Jadi sekali lagi saya ingin menyarankan kepada Edy dan juga Ijeck, nggak usah terlalu didengarkan orang-orang yang ada di sekitar kalian berdua, itu bisa menyesatkan,” tuturnya.
“Duduklah kalian berdua, bisa sedikit emosi nggak masalah, tapi cobalah dicari dimana start konflik kita ini, apa masalahnya, bisa nggak kita bicarakan, itu lebih bagus,” imbuhnya.
Meskipun nanti di tahun 2024 keduanya memutuskan untuk berpisah, itu merupakan hak politik keduanya. Namun, berdasarkan pengalaman Shohibul, hal itu memberikan peluang besar kepada pasangan atau kandidat yang lain.
“Kalau pun mereka nanti mau berpisah dengan pasangan yang berbeda, itu hak politik mereka, lalu berdasarkan pengalaman saya itu sekaligus bermakna menggelar karpet merah untuk pasangan ketiga, tak ada peluang bagi mereka,” ungkapnya.
“Dukungan-dukungan politik yang mereka bangun selama ini cenderung udah rerak (tercerai-berai) meskipun tidak ada survei mengenai itu, tapi saya bisa merasakan itu bahwa Eramas itu sudah kucar-kacir sekarang, entah itu merindu ke Edy atau merindu ke Ijeck,” tutupnya.***dtc/mpc/bs