Medan(MedanPunya) Kota Medan yang kini menjadi ibu kota Provinsi Sumatera Utara (Sumut) ternyata pernah menjadi ibu kota negara pada periode 1947-1950. Tetapi bukan ibu kota negara Indonesia. Begini sejarahnya.
Sejarawan dan dosen Ilmu Sejarah Universitas Sumatera Utara (USU), Suprayitno mengatakan Medan memang pernah tercatat sebagai ibu kota negara rentang 1947-1950. Saat itu, Medan menjadi ibu kota Negara Sumatera Timur sebagai bagian dari negara federal sementara warisan kolonial.
“Medan pernah menjadi ibu kota negara, waktu itu bernama Negara Sumatera Timur. Tahun 1947 ada gerakan menuntut dearah otonomi Sumatera Timur,” kata Suprayitno, Jumat (6/1).
Suprayitno mengatakan gerakan tersebut diinisiasi oleh orang-orang Melayu, etnis Tionghoa, Karo dan lainnya. Gerakan itu didukung mayoritas Melayu.
“Tapi itu dulunya (Negara Sumatera Timur), bagian dari Negara Federal Sementara,” katanya.
Saat itu, Negara Sumatera Timur dipimpin oleh Bangsawan Asahan sekaligus tokoh pendiri Universitas Sumatera Utara, Dr. Mansoer dan Maludin Simbolon sebagai Panglima Teritorium 1.
Terbentuknya Negara Sumatera Timur (NST) dilatarbelakangi masa lalu Revolusi Sosial tahun 1946. Peristiwa itu lebih dikenal dengan penghancuran karajaan-kerajaan Melayu, Simalungun dan lainnya di daratan Sumatera.
“Tapi itu tanda petik, ya. Tak tepat disebut revolusi. Karena sebenarnya itu peristiwa penghancuran kaum kerajaan Melayu, Simalungun, dan sebagainya,” jelas Suprayitno.
Peristiwa tersebut membuat pemerintah Republik Indonesia tidak bisa melindungi warga-warganya. Kekecewaan kemudian muncul dan pergerakan pembentukan daerah otonomi sendiri.
Namun selain peristiwa kelam, dalam Perjanjian Linggarjati juga memuat poin-poin yang akhirnya membantu pembentukan dearah otonomi tersendiri.
Perjalanan Negara Sumatera Timur memang pada akhirnya tidak berjalan mulus. negara ini hanya mampu bertahan hingga 13 Agustus 1950.
“Ya, alasannya NST ini bubarkan salah satunya secara politis tokoh-tokohnya tidak sebanding dengan Soekarno,” katanya.
Selain itu, pendukung Republik Indonesia di wilayah teritori Negara Sumatera Timur lebih banyak ketimbang pendukung NST itu sendiri.
“Kemudian, KMB (Konferensi Meja Bundar) menarik tentara Belanda dari sini (Negara Sumatera Timur) sehingga backup NST gak ada. Ditariknya tentara Belanda, turunlah itu TNI dari hutan,” jelasnya.
Dalam peristiwa pengambilan wilayah secara militer tersebut, Jamin Ginting dan pasukannya yang pertama kali bergerak mengambil alih. Pembubaran Aksi Tuntutan Rakyat yang berasal dari Karo juga menyebabkan Negara Sumatera Timur semakin terdesak untuk dibubarkan.
Meskipun akhirnya bubar, Negara Sumatera Timur terbilang negara yang kuat dalam Negara Federal Sementara yang memiliki 16 anggota. Dalam proses pembubaran tersebut, Muhammad Hatta mengingatkan agar kekacauan tak terulang.
Selanjutnya, pada 13 Agustus 1950, Dewan Negara Sumatera Timur yang dipimpin Dr. Mansoer dinyatakan bubar. Wilayah ini kemudian bergabung dengan Indonesia, sampai kini. Pada perjalannya, Kota Medan kini menjadi ibu kota Sumatera Utara.***dtc/mpc/bs