Doha(MedanPunya) Pakar kesehatan otak mempertanyakan keputusan tim medis yang memperbolehkan kiper Iran, Alireza Beiranvand, untuk lanjut bermain setelah bertabrakan dengan Majid Hosseini.
Iran harus mengakui keunggulan Inggris usai kalah dengan skor 2-6 dalam matchday pertama Grup B Piala Dunia 2022 pada Senin (21/11) malam WIB.
Insiden tabrakan yang dialami Alireza Beiranvand terjadi saat Inggris melakukan serangan. Beiranvand mencoba untuk menghalau umpan silang dari serbuan pemain Inggris.
Namun, ketika bola berhasil dihalau, Beiranvand justru bertabrakan dengan beknya sendiri, Majid Hosseini, dan terlihat mengalami cedera yang cukup serius. Hidungnya terlihat mengucurkan darah.
Laga Inggris vs Iran pun cukup lama terhenti untuk memberikan waktu bagi Beiranvand menerima perawatan.
Beiranvand kemudian diperbolehkan untuk lanjut bermain. Namun, hal itu tidak berlangsung lama.
Beiranvand meminta untuk diganti sebelum kemudian tersungkur dan harus ditandu keluar lapangan. Hossein Hosseini kemudian tampil sebagai pengganti Beiranvand.
Keputusan untuk memperbolehkan Beiranvand kembali bermain mendapatkan protes keras dari pelaku bidang kesehatan, salah satunya lewat asosiasi cedera otak asal Inggris, Headway.
Ketua Interim Headway, Luke Griggs, mengaku kaget dengan apa yang ia lihat dan mengutuk keputusan tim medis Iran yang menyatakan Beiranvand bisa lanjut bermain.
“Sangat memalukan bahwa kiper Iran, Alireza Beiranvand diperbolehkan untuk berada di lapangan,” ujar Griggs.
“Tidak relevan bahwa ia (Beiranvand) keluar dari pertandingan satu menit kemudian, ia seharusnya tidak berada di lapangan untuk satu detik, terlebih lagi satu menit. Dia terlihat jelas tidak cukup sehat untuk melanjutkan pertandingan,” kata Griggs.
Griggs juga mempertanyakan implementasi protokol kesehatan untuk pemain yang mengalami gejala gegar otak di Piala Dunia 2022.
Sebagai catatan, Qatar 2022 menjadi ajang Piala Dunia pertama yang menguji coba penerapan protokol cedera kepala. Protokol yang dirumuskan pada 2021 ini masih akan terus diuji coba sampai 31 Agustus 2023.
“Ini menjadi contoh kasus di mana keputusan bermain dibuat oleh pemain dan bukan staf medis. Ini adalah ujian pertama untuk protokol cedera otak Piala Dunia dan ini adalah sebuah kegagalan,” tutut Griggs lagi.
Pernyataan Headway tersebut juga didukung oleh Asosiasi Pesepakbola Professional Inggris (PFA) yang mengatakan bahwa kasus Beiranvand adalah contoh kegagalan pelaksanaan protokol kesehatan dalam pertandingan tingkat dunia.
Pada protokol cedera otak FIFA, tim dokter adalah yang mempunyai kuasa untuk memutuskan apakah seorang pemain cukup fit untuk melanjutkan pertandingan atau tidak, jika pemain bersangkutan menunjukkan gejala gegar otak.
Para dokter dari 32 tim peserta Piala Dunia 2022 sebelumnya telah mengikuti seminar di Qatar untuk memahami protokol kesehatan FIFA tersebut.
Piala Dunia 2022 kali ini juga menjadi pertama kalinya FIFA memperkenalkan jatah pergantian khusus untuk pemain yang mengalami gejala gegar otak.
Pergantian tersebut tidak termasuk ke dalam slot lima pemain pengganti yang diizinkan dalam satu laga.
Dalam mendukung penerapan protokol, FIFA juga menugaskan para ahli yang duduk di tribun dekat lapangan untuk mendeteksi apakah seorang pemain menunjukkan gejala cedera otak atau tidak.***kps/bs/bs