Disentil PD, NasDem Jelaskan soal Buka Wacana Duet Anies-Gibran

Jakarta(MedanPunya) Partai Demokrat meminta Partai NasDem disiplin usai membicarakan kans Wali Kota Solo Gibran Rakabuming bisa saja menjadi cawapres Anies Baswedan. Waketum Partai NasDem Ahmad Ali menjelaskan soal wacana yang dia sampaikan itu.

Ali mengatakan pernyataan soal peluang Gibran dapat menjadi cawapres Anies disampaikan saat merespons pernyataan Rocky Gerung. Ali meminta Demokrat agar tak perlu sensitif dalam merespons wacana-wacana yang muncul.

“Itu kan pernyataan saya menanggapi pernyataan Rocky Gerung. Tapi intinya gini, harusnya kan nggak perlu sensitifkan, di wacana yang dibangun itu namanya diskursus kan disuarakan,” kata Ali kepada wartawan, Rabu (17/11).

Rocky diketahui pernah menyampaikan bahwa Gibran merupakan sosok potensial yang mendampingi Anies Baswedan sebagai cawapres 2024.

Ali menekankan pihaknya pun menghargai wacana Ketum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) digadang-gadang dapat menjadi cawapresnya Anies. Begitu pula dengan PKS yang menjodohkan Wakil Ketua Majelis Syura Ahmad Heryawan (Aher) bisa mendampingi Anies.

“NasDem juga menghargai setiap pernyataan teman-teman Demokrat yang mewacanakan Anies dengan AHY, Anies dan Aher. Itu kita hargai kok, kita nggak pernah mempermasalahkan. Karena kita tahu bahwa itu juga mekanisme internal mereka dan itu juga hak dari siapapun, tapi kan bukan keputusan,” katanya.

Ali menegaskan urusan penentuan cawapres tetap menjadi kewenangan Anies. Dengan demikian, Ali meminta berbagai pihak di koalisi agar tak khawatir ‘kehilangan porsi’.

“Akhirnya kan Anies yang akan memilih itu. Jangan ketakutan kehilangan porsilah, gitu kan,” ujar eks Ketua Fraksi NasDem DPR itu.

Ali mendorong setiap partai di calon Koalisi Perubahan, yakni Demokrat dan PKS, tetap menjaga kedaulatan masing-masing. Pun, lanjut Ali, pihaknya tak pernah mempermasalahkan saat Demokrat mengusulkan pemasangan baliho Anies-AHY.

“Dan kemudian kita juga gini, koalisi itu kan harus sama-sama menjaga kedaulatan tiap-tiap partai makanya NasDem tidak pernah mempermasalahkan ketika teman-teman Demokrat mengusulkan akan memasang baliho Anies-AHY. Itu kita tidak pernah mempermasalahkan itu kan. Padahal itu kita tidak pernah menyepakati,” kata dia.

Diberitakan sebelumnya, Ketua Bappilu Demokrat Andi Arief menyoroti pernyataan Ahmad Ali soal Gibran Rakabuming berpeluang mendampingi Anies. Andi Arief meminta NasDem disiplin dalam berkomunikasi.

“PKS dan Demokrat disiplin dalam koalisi. Harusnya NasDem juga demikian. Bukankah sudah diserahkan pada Anies memilih cawapres,” kata Andi Arief via cuitan Twitter yang dibagikan kepada wartawan, Kamis (17/11)

Andi Arief meminta NasDem fokus atas pembicaraan ketiga partai. Andi Arief menekankan rencana koalisi ini mengedepankan semamngat perubahan.

“Sebaiknya konsentrasi saja pada apa yang sudah dibicarakan di koalisi. Bulatkan saja tekad, bahwa NasDem bergabung bersama PKS dan Demokrat memilih di jalur perubahan. Jangan setiap bertemu figur di luar PKS dan Demokrat, NasDem menawarkan sana-sini,” ujarnya.

Senada dengan Andi Arief, Deputi Analisa Data dan Informasi Balitbang DPP Partai Demokrat Syahrial Nasution juga menyoroti sikap NasDem. Dia menekankan platform perubahan dan perbaikan hanya bisa dilakukan bersama Demokrat dan PKS, bukan dengan tokoh lainnya.

“Platform sebagai agen perubahan dan perbaikan yang dibawa Anies hanya mungkin jika bersama-sama Demokrat dan PKS. Jika berselancar sendiri apalagi bersekutu dengan status quo, maka misi sebagai agen perubahan dan perbaikan, menjadi tidak sinkron. Bahkan menciptakan keraguan dan kebingungan,” ujarnya.

“Jika format dan komunikasi koalisi yang sudah dirancang antara Nasdem, Demokrat dan PKS diganggu dengan gimmick politik murahan, dampaknya akan buruk di tingkatan akar rumput,” lanjut dia.

Syahrial pun meminta NasDem berhenti mencocok-cocokkan setiap figur yang bertemu dengan Anies Baswedan. Dia mengingatkan sikap genit NasDem akan berdampak pada kepercayaan masyarakat.

“Jangan karena Anies sedang bertemu dengan Luhut Panjaitan, lantas diamplifikasi bahwa Anies-Luhut cocok dipasangkan. Atau karena Anies ketemu Gibran, lantas diorkestrasi bahwa Anies-Gibran bisa jadi alternatif. Padahal sesungguhnya pemikiran tersebut sudah lepas dari platform perubahan dan perbaikan yang disepakati. Kegenitan politik seperti ini lambat laun bisa menimbulkan distrust di kalangan masyarakat,” tegasnya.***dtc/mpc/bs

 

Berikan Komentar:
Exit mobile version