MedanPunya – Saritem dan kota Bandung, mempunyai cerita sendiri. Sosok Nyai Saritem pun lekat dengan kawasan yang dulu dikenal sebagai tempat lokalisasi di Bandung.
Ariono Wahyu Widjajadi pegiat Komunitas Aleut Bandung mengutip buku berjudul Saritem Uncensored karya Wakhudin. Dia menyebutkan tidak ada sejarah pasti tentang menyoal legenda Saritem menurut buku tersebut.
Nyai Saritem atau Nyai Sari Iteung adalah asal muasal nama lokasi tersebut. Dia adalah perempuan fenomenal yang belakangan ramai jadi pembicaraan karena potretnya disebut ditemukan di Jogja.
Potret perempuan ayu bersanggul dan berkebaya yang ditemukan di Jogja disebut adalah foto asli Nyai Saritem. Cerita tentang Nyai Saritem juga beragam, ada yang menyebut dia adalah gundik, muncikari, hingga orang pertama yang menarik perempuan belia pada masa itu untuk menjadi teman kencan tentara Belanda.
Ada beberapa kisah yang menceritakan latar belakang Nyai Saritem. Apa iya perempuan yang namanya dijadikan nama jalan di Bandung ini seorang muncikari atau perempuan yang menyelamatkan perempuan pada masa itu?
Ferdian Achsani dalam Salingka, Majalah Ilmiah Bahasa dan Sastra Volume 17 Nomor 1 Edisi Juni 2020 (salingka.kemdikbud.go.id) menulis, Saritem sebelum mendapat gelar nyai adalah gadis belia yang pesonanya memikat seorang meneer Belanda hingga akhirnya dia dijadikan gundik.
Sampai akhirnya Saritem diminta mencari perempuan lain yang nantinya akan dipekerjakan sebagai teman kencan para tentara Belanda yang masih lajang.
“Dari bisnis Saritem tersebut sehingga dapat dipahami bahwa perempuan sangat tertindas karena ia tidak memiliki harga diri dan dianggap sebagai pemuas nafsu,” tulis Ferdian.
Konon, Saritem mencari perempuan-perempuan muda itu dari berbagai daerah di Jawa Barat.
Cerita versi lainnya disampaikan oleh budayawan asal Bandung Budi Dalton. Nyai Saritem mempunyai nama asli Nyi Mas Ayu Permatasari.
Justru Nyai Saritem menurutnya jauh dari kata negatif. Justru dialah yang berjuang untuk menyelamatkan kaum perempuan yang terjebak dalam pekerjaan jual diri dan lepas dari para muncikari.
“Pelacur dari tahun 30-an suka ada di situ, pelacur itu ikut kerja di ibu itu. Tapi pelacur itu saat nyuci suka curhat, ‘Saya tuh sebetulnya tidak mau bekerja di sini, tapi si germo itu bilang ke ibu saya kerja dimana, tahunya di mana,” tutur Budi dalam THE SOLEH SOLIHUN INTERVIEW: BUDI DALTON yang tayang di Youtube 13 Januari 2020.
Dia adalah istri dari seorang asal Belanda yang tinggal di daerah Kebon Tangkil Bandung, daerah sekitar yang dekat dengan bekas lokalisasi Saritem. Budi menegaskan Nyai Saritem itu perempuan terhormat.
“Jadi si ibu (Nyi Mas Ayu Permatasari) ini sama kaya orang tua zaman dulu, suka ngajampean (jampi-jampi), jadi dijampean, didoakan sehingga cewek-cewek itu tidak laku, sehingga dipulangkan oleh si germo, nah ibu itu yang suka murulukan teh (mantra),” kata Budi.
Jadi tidak mungkin nama Nyai Saritem dijadikan nama jalan, bila semasa hidupnya tidak ada jasa yang dia perbuat.
“Sehingga namanya dijadikan nama jalan karena beliau itu banyak jasanya, kan tidak mungkin nama cewek nggak bener dijadikan nama jalan, dijadikan nama jalan juga pasti karena dia pelaku sejarah gitu atau pejuang, tapi ini penelitian belum selesai,” ujar Budi.
Nyai Saritem disebut lahir di Parakan Muncang Sumedang pada 1840 dan meninggal di Bandung pada 1920.***dtc/mpc/bs