Jakarta(MedanPunya) DR (27) kehilangan bayi perempuannya yang meninggal sesaat setelah melahirkan di RS Pelengkap Jombangm, Jawa Timur pada Selasa (4/8). Walapun di rumah sakit, DR ternyata melahirkan seorang diri tanpa dibantu oleh tenaga medis.
DR tiba di RS Pelengkap pada Selasa (4/8) setelah merasakan kontraksi. Ia datang ke rumah sakit didampingi sang suami, BK untuk melahirkan anak keduanya. Di ruang UGD, DR menjalani observasi dan rapid test.
Saat itu kontraksi semakin sering ia rasakan. Setelah itu, petugas memanggil BK untuk memberi tahu hasil observasi dan rapid test.
“Di situ (ruang UGD) istri saya diobservasi dan rapid test. Setelah itu saya dipanggil dan dikasih tahu kalau istri saya reaktif,” kata BK.
Dia menuturkan, karena hasil rapid test menyatakan reaktif terhadap pergerakan antibodi, istrinya ditempatkan di ruang khusus yang ada di lantai tiga rumah sakit.
Sekitar pukul 03.30 WIB, sang suami mengembalikan ambulans desa yang dipinjam untuk mengantar istrinya.
Di ruangan, DR ditemani ibunya AL dan ia kembali lebih sering merasakan kontraksi. AL kemudian memberitahu petugas kesehatan melalui sambungan telpon.
Bahkan AL juga mendatangi ruang jaga. Namun menurut DR tidak ada satu pun tenaga medis yang menghiraukan mereka.
Padahal saat itu, rambut bayi yang akan dilahirkan sudah kelihatan. Namun petugas kesehatan mengatakan jika bayi lahir jam sembilan.
“Yang saya kecewakan waktu saya di ruangan. Ketika saya sudah nglarani (kontraksi), ibu saya telepon petugas tapi enggak dihiraukan. Cuma bilangnya, ‘iya nanti jam sembilan’,” kata DR.
“Bahkan sampai (bayi) kelihatan rambutnya, tetap bilangnya nanti jam sembilan,” ujar DR.
Ibu rumah tanggal 27 tahun itu pun melahirkan bayi keduanya hanya dibantu ibunya sekitar pukul 04.30 WIB.
Walaupun sang bayi suah dilahirkan, petugas medis tak kunjung datang. Petugas baru datang 30 menit kemudian atau sekitar 05.00 WIB.
Namun sayangnya nyawa bayi perempuan tersebut tak bisa diselamatkan. “Saya sangat kecewa diperlakukan seperti itu. Kalau ditangani lebih cepat, saya yakin anak saya masih selamat,” ujar DR.
Mengetahui anaknya meninggal dunia, BK suami DR menanyakan ke petugas penyebab kematian sang bayi.
Saat itu petugas menjawab jika tali pusarnya melilit,
“Saya tanyakan apa penyebabnya sehingga bayi saya bisa seperti ini (meninggal dunia). Katanya, tali pusarnya melilit,” ungkap dia.
BK mengaku kecewa dengan pelayanan rumah sakit yang membiarkan pasiennya melahirkan seorang diri tanpa bantuan tenaga medis.
“Kami sangat kecewa. Waktu itu ada bidan yang datang setelah anak saya lahir. Anak saya (sudah) lahir, baru bidan datang,” tutur BK.
Sementara itu Kepala Bidang Pelayanan Medis RS Pelengkap Jombang, dr Bani Cahyono membenarkan kejadian tersebut.
Menurutnya DR datang di rumah sakit sekitar pukul 01.30 WIB dan masih pembukaan satu. Ia kemudian ditempatkan di ruang Darusslam di lantai 3 setelah mempertimbangkan hasil rapid test virus corona.
Pada pukul 03.00 WIB dilakukan observasi dan DR masih di pembukaan dua.
“Jam 03.00 kita lakukan observasi lagi, waktu itu pembukaan dua. Kemudian kita tunggu observasi lagi. Lalu jam lima bayi lahir,” jelas Bani.
Terkait tidak adanya petugas medis di ruang Darussalam saat pasien akan melahirkan, Bani tidak menyangkal hal itu.
Namun pihaknya memastikan akan ada pembenahan agar keluhan pasien tidak terjadi lagi.
“Yang pasti kami akan berbenah dan berusaha memberikan pelayanan terbaik kepada pasien,” kata Bani.
Terkait keluhatan paien, pihaknya masih menunggu hasil audit internal rumah sakit serta audit yang dilakukan Dinas Kesehatan Jombang.
“Kepastiannya seperti apa, kami masih menunggu hasil audit internal dan dari dinas kesehatan,” ujar dia.***kps/mpc/bs