Teheran(MedanPunya) Seorang mahasiswi Universitas Islam Azad Teheran, Iran membuka baju hingga hanya mengenakan pakaian dalam, untuk protes dugaan penyerangan oleh petugas keamanan kampus tersebut.
Mahasiswi tersebut diketahui tidak mematuhi aturan atau hukum jilbab di Universitas Islam Azad Teheran.
Ia dilaporkan diserang dan pakaiannya dirobek pada Sabtu (2/11) karena tidak mematuhi aturan jilbab yang ketat, Iran International melaporkan.
Sebuah video yang beredar luas di media sosial menunjukkan seorang perempuan duduk dan berjalan di sekitar Universitas Islam Azad Teheran dengan mengenakan pakaian dalam.
Video lain menunjukkan dia ditahan oleh petugas keamanan dan dibawa paksa ke dalam mobil.
Universitas Islam Azad mengonfirmasi penangkapannya di X tanpa memberikan alasan apa pun.
“Setelah tindakan tidak senonoh oleh seorang mahasiswa di cabang sains dan penelitian universitas tersebut, keamanan kampus turun tangan dan menyerahkan orang tersebut kepada pihak penegak hukum,” Amir Mahjoub, direktur jenderal hubungan masyarakat di Universitas Islam Azad, menulis di X.
“Motif dan alasan yang mendasari tindakan mahasiswa tersebut saat ini sedang diselidiki,” imbuh dia.
Namun, Iran International melaporkan, mengutip buletin dari kelompok mahasiswa Amir Kabir, mahasiswi tersebut cedera setelah diserang secara fisik selama penangkapannya.
Dikatakan bahwa mahasiswi tersebut dilucuti pakaiannya setelah dilecehkan karena tidak mengenakan jilbab dan pakaiannya dirobek oleh petugas keamanan.
“Noda darah dari mahasiswa tersebut dilaporkan terlihat di ban mobil,” kata buletin tersebut, menambahkan bahwa kepalanya terbentur pintu mobil atau pilar yang menyebabkan dia pendarahan.
Unit Amnesty International di Iran meminta otoritas Iran untuk segera dan tanpa syarat membebaskan mahasiswi yang ditangkap dengan kekerasan pada hari Sabtu.
“Menunggu pembebasannya, otoritas harus melindunginya dari penyiksaan dan perlakuan buruk lainnya serta memastikan akses ke keluarga dan pengacara,” terangnya dalam sebuah pernyataan pada media sosial X.
“Dugaan pemukulan dan kekerasan seksual terhadapnya selama penangkapan memerlukan penyelidikan yang independen dan tidak memihak. Mereka yang bertanggung jawab harus dimintai pertanggungjawaban,” jelasnya.
Diketahui, semakin banyak perempuan yang menentang hukum jilbab yang ketat di negara itu dengan membuang jilbab mereka sejak kematian brutal Mahsa Amini pada 2022.
Amini yang berusia 22 tahun meninggal setelah ditahan oleh polisi moral karena tidak mengenakan jilbabnya dengan benar.
Kematiannya menjadi titik balik, memicu protes yang belum pernah terjadi sebelumnya yang dikenal sebagai “Perempuan, kehidupan, kebebasan”, yang berlangsung selama tiga bulan di negara itu.
Pada Oktober 2023, remaja Iran Armita Geravand terluka dalam insiden misterius di metro Teheran saat tidak mengenakan jilbab. Dia kemudian meninggal di rumah sakit setelah mengalami koma.***kps/mpc/bs