Moskow(MedanPunya) Moskow secara resmi telah setuju untuk memperpanjang perjanjian START yang baru atau New START selama lima tahun mendatang. Ini adalah satu-satunya perjanjian persenjataan nuklir yang tersisa antara Rusia dan Amerika Serikat.
Presiden Rusia Vladimir Putin diberitakan telah menandatangani keputusan tersebut menjadi undang-undang pada hari Jumat (29/01). Keputusan ini sebelumnya telah disetujui oleh anggota Parlemen Rusia.
Perjanjian New START ditandatangani pada tahun 2010 oleh Presiden AS Barack Obama dan Presiden Rusia Dmitry Medvedev dan akan berakhir pada 5 Februari. Namun pada Selasa (26/01), Putin berbicara dengan Presiden AS Joe Biden dan sepakat untuk memperpanjang perjanjian ini.
Perpanjangan pakta ini tidak memerlukan persetujuan kongres di AS, tetapi anggota parlemen Rusia harus meratifikasi langkah tersebut. Diplomat Rusia mengatakan perpanjangan itu akan divalidasi dengan bertukar catatan diplomatik setelah semua prosedur selesai dilengkapi.
Perjanjian ini membatasi jumlah hulu ledak nuklir yang dikerahkan oleh AS dan Rusia. Kedua pihak hanya boleh memiliki maksimal 1.550 hulu ledak nuklir yang siap digunakan sebagai rudal antarbenua dan di pangkalan pengebom berat.
Selain itu, perjanjian itu juga memberlakukan berbagai pembatasan pada persenjataan kedua negara. Menurut data yang dikutip oleh Bulletin of Atomic Scientists tahun lalu, AS telah mengerahkan 1.373 hulu ledak, sementara Rusia sebanyak 1.326.
Dengan mundurnya pemerintahan Donald Trump dari Perjanjian Kekuatan Nuklir Jarak Menengah (INF) pada 2019, New START menjadi satu-satunya kesepakatan besar yang mengatur persaingan nuklir antara Moskow dan Washington.
Menyusul penarikan diri AS dari INF, Putin memperingatkan bahwa AS tidak menunjukkan minat untuk mempertahankan perjanjian New START tetap hidup.
“Kami telah ratusan kali mengatakan bahwa kami siap [untuk memperpanjangnya],” tetapi Washington “tidak melakukan pembicaraan apa pun” tentang masalah tersebut, ujar Putin saat itu.
AS akhirnya memulai pembicaraan tahun lalu namun menyarankan adanya perubahan persyaratan dan menambahkan Cina ke perjanjian era Obama tersebut. Namun Beijing menolak inisiatif tersebut.
Rusia juga bersikeras memperpanjang kesepakatan tanpa perubahan apa pun. Pembicaraan pun terhenti begitu saja.
November lalu, pemerintahan Trump mengatakan menarik AS keluar dari Perjanjian Open Skies atau Perjanjian Angkasa Terbuka. Kesepakatan yang melibatkan 34 negara ini adalah langkah membangun kepercayaan antara negara-negara penanda tangan.
Kesepakatan ini memungkinkan negara-negara tersebut untuk menerbangkan pesawat tidak bersenjata di atas fasilitas militer negara penanda tangan lainnya untuk tujuan pengawasan.
Namun pada awal bulan ini, Moskow mengatakan akan meninggalkan kesepakatan itu.
Tetapi dengan mulai berkuasanya Biden di Gedung Putih, situasi tampaknya berubah. Kedua pihak baru-baru ini mengisyaratkan bahwa mereka bersedia bekerja sama untuk mengatasi masalah pengendalian senjata, termasuk ancaman senjata nonnuklir.***dtc/mpc/bs