New Delhi(MedanPunya) Aparat keamanan di India menghancurkan rumah sejumlah tokoh Islam yang dituduh terlibat dalam kerusuhan, yang dipicu oleh ujaran menghina Nabi Muhammad.
Para pemuka komunitas Muslim di Negara Bagian Uttar Pradesh diperintahkan untuk mengosongkan rumah sebelum tempat tinggal mereka dihancurkan.
Hingga kini, setidaknya pihak berwenang telah menahan 300 orang yang dituding terlibat dalam kericuhan selama demonstrasi di Uttar Pradesh, pada Jumat (10/6).
Adapun, Perdana Menteri India Narendra Modi sejauh ini belum memberikan pernyataan tentang insiden pembongkaran rumah dan penangkapan orang-orang yang diduga terlibat dalam kericuhan tersebut.
Komunitas warga Muslim menggelar protes menyusul ujaran yang menghina Islam, yang diucapkan oleh dua pengurus Partai Bharatiya Janata (BJP).
Partai itu telah memecat juru bicaranya, Nupur Sharma, dan seorang pengurus lain, Naveen Jindal, atas komentar mereka yang juga menyebabkan masalah diplomatik dengan sejumlah negara berpenduduk mayoritas Muslim.
Pernyataan Sharma dan Jindal telah memicu rangkaian demonstrasi di sejumlah negara bagian di India.
Gubernur Negara Bagian Uttar Pradesh Yogi Adityanath kemudian memerintahkan penghancuran bangunan atau rumah ilegal dari orang-orang yang dituduh terlibat dalam kericuhan pekan lalu, menurut juru bicara BJP.
Salah satu rumah yang dihancurkan adalah milik politisi bernama Javed Ahmed, seperti dikutip dari surat kabar berbahasa Inggris di India, Hindustan Times.
Otoritas Pengembangan Prayagraj (PDA) telah memasang pemberitahuan pembongkaran di rumah Ahmed, memintanya untuk mengosongkan rumah itu pada Minggu (12/6) pukul 5.30 waktu setempat.
Ahmed dituding sebagai dalang dari kericuhan tersebut.
Sementara putrinya, Afreen Fatima, adalah pegiat hak komunitas Muslim yang merupakan minoritas di India.
Tempat tinggal milik dua orang lain yang diduga melempar batu usai salat Jumat pada pekan lalu di negara bagian itu, juga dihancurkan.
Penasihat media Yogi Adityanath, Mrityunjay Kumar, mengunggah foto ekskavator tengah menghancurkan suatu bangunan dan berkata: “Ingat, setiap Jumat selalu diikuti oleh Sabtu…” di akun Twitter-nya.
Pembongkaran rumah sejumlah pemuka agama Islam di Uttar Pradesh ini telah menuai kecaman.
Para pemimpin oposisi mengatakan, pemerintah Adityanath telah melakukan tindakan inkonstitusional karena membungkam pengunjuk rasa.
Sementara di Negara Bagian Kashmir, kepolisian menangkap seorang remaja karena mengunggah video yang memuat ancaman untuk memenggal mantan juru bicara BJP Nupur Sharma, menurut keterangan pejabat setempat.
Video itu – yang menyebar dengan luas di YouTube – kini telah ditangguhkan oleh pihak berwenang, sebagai salah satu langkah untuk mengatasi demonstrasi yang telah menyebar di penjuru negeri.
Adapun, di Negara Bagian Benggala Barat di India timur, pihak berwenang memberlakukan aturan darurat yang melarang pertemuan publik di distrik industri Howrah hingga 16 Juni mendatang.
Setidaknya 70 orang ditahan karena dituduh terlibat dalam kerusuhan dan mengganggu ketertiban umum di negara bagian itu.
Setidaknya 70 orang ditahan karena dituduh terlibat dalam kerusuhan dan mengganggu ketertiban umum di negara bagian itu.
Ketua BJP di Benggala Barat menyeret negara tetangga Bangladesh, dengan menuding negara yang mayoritas berpenduduk Muslim itu, memicu kekerasan di India.
Seperti diberitakan, Nupur Sharma, yang merupakan juru bicara partai nasionalis Hindu BJP, mengeluarkan pernyataannya dalam debat yang disiarkan televisi bulan lalu.
Kemudian Naveen Jindal, yang merupakan kepala media dari unit Delhi partai tersebut, mengunggah cuitan tentang hal yang sama.
Komentar-komentar mereka – terutama oleh Sharma – membuat marah komunitas minoritas Muslim di negara itu, yang menyebabkan aksi protes sporadis di beberapa negara bagian.
BBC tidak akan mengulangi pernyataan Sharma karena bersifat menyinggung.
Kontroversi tentang pernyataan yang dilontarkan oleh Sharma dan Jindal masih berlangsung. Hal ini tampak melalui reaksi kelompok-kelompok Muslim yang menuntut penangkapan keduanya. Sedangkan beberapa kelompok Hindu garis keras melabeli keduanya sebagai politisi pemberani dan nasionalis.
Pada Minggu, Jindal mengatakan keluarganya menghadapi ancaman terus menerus dan beberapa pengikutnya mengatakan sebuah bom berhasil dijinakkan di tempat ia kini tinggal di ibu kota New Delhi.
Negara-negara Muslim seperti Qatar, Arab Saudi, UEA, Oman, dan Iran yang merupakan mitra dagang utama bagi India, mengajukan protes melalui saluran diplomatik dan menggunakan media sosial untuk menuntut permintaan maaf dari pemerintah.
Adapun Kementerian Luar Negeri India mengatakan, pernyataan keduanya tidak mencerminkan sikap pemerintah.
Para kritikus beranggapan pernyataan Sharma dan Jindal mencerminkan polarisasi agama yang mendalam di India, yang telah terjadi selama beberapa tahun terakhir.
Ujaran kebencian dan serangan terhadap warga Muslim meningkat tajam setelah BJP berkuasa pada 2014.***kps/mpc/bs