Sidikalang(MedanPunya) Yakobus Tampubolon hanya bisa pasrah, anak perempuannya yang masih duduk di bangku kelas 2 SD meninggal dunia begitu cepat. Bocah berusia 10 tahun itu meninggal dunia, setelah digigit anjing peliharaan mereka.
Kisah pilu ini terjadi di Siempat Nempu Hulu, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara (Sumut). Bocah malang itu berinisial YS.
Kurang lebih sebulan lalu, YS baru saja terbangun dari tidurnya. Tiba-tiba, anjing kesayangan yang sering diajak main bersama, berubah beringas dan menggigitnya.
“Pas bangun pagi mau sekolah Senin, keluar dari kamar dia mau main-main sama anjing, diterkam kakinya, terluka lah kan,” kata Yakobus Tampubolon, Rabu (12/7).
Dua pekan sebelum kejadian, anjing dibeli dari teman Yakobus. Anjing lucu itu masih kecil dan sering diajak main oleh anaknya.
Beberapa hari kemudian, anjing itu menunjukkan tanda-tanda beringas. Kerap mengamuk dan makin galak.
Belakangan, setelah anjing itu menggigit YS, dia dikandangkan. Lima hari kemudian, anjing itu mati.
YS sendiri sempat menjalani pengobatan tradisional di kampungnya. Setelah diobati, Yakobus diminta membawa kembali YS untuk sekali lagi di hari Rabu.
“Ada di sini kampung kita ini, ada tukang obat kampung, sudah banyak pasien diobati sembuh. Ku bawalah ke situ siangnya, kemudian katanya bawa sekali lagi, ku bawalah Rabu, pokoknya udah yakin kalilah aku sembuh anak kita ini,” ucapnya.
Setelah berobat tradisional, YS kembali sehat seperti semula. Ia juga bisa bermain dan sekolah seperti biasa.
Pada Sabtu (8/7), YS tiba-tiba mengeluh sakit perut. Yakobus kemudian membelikan obat sakit perut di warung.
Keesokan harinya, YS meminta agar tidak ikut ke gereja untuk beribadah. Saat itu, YS bercerita jika badannya gemetar waktu memegang gayung di kamar mandi. YS juga disebut gemetaran karena takut saat Yakobus ingin memberikan air minum karena YS terlihat dehidrasi.
“Minggunya dia nggak pigi ibadah. Ku tengok bibirnya agak haus, pas mau ngambil air putih itu dibilangnya sama ku ‘heran aku Pak, semalam ku pegang gayung di kamar mandi gemetar aku, nggak bisa, takut aku nengok air itu’ katanya kan, kemudian pas aku mau kasih air (minum) ini udah dekat langsung gemetaran dia, takut,” ungkapnya.
Melihat kondisi itu, Yakobus kemudian membawa YS kembali ke tempat pengobatan tradisional. Namun tukang obat itu mengaku tidak sanggup lagi mengobati YS.
Ia menyebut jika YS digigit anjing lagi setelah gigitan pertama itu, namun langsung dibantah YS saat itu.
Setelah itu, Uakobus kemudian membawa YS ke bidan terdekat dan selama diperjalanan YS terlihat gemetaran terkena angin. Bidan yang dituju juga mengaku tidak sanggup mengobati YS, sambil menangis bidan itu meminta YS dibawa ke RSUD Sidikalang.
Tiba di RSUD Sidikalang, dokter jaga saat itu mempertanyakan BPJS YS. Karena tidak memiliki BPJS, YS disarankan untuk berobat di bagian umum. Namun, Yakobus tidak sanggup jika di bagian umum.
“Rupanya pas di Rumah Sakit Umum Sidikalang, cuma dokter jaga yang ada. Ditanya BPJS, ku bilang masih pengurusan, diarahkanlah ke umum, kalau umum ngertilah nggak sanggup aku,” bebernya.
Oleh karena itu, dokter menyarankan agar YS dibawa ke rumah sakit di Medan, tapi bukan atas rujukan rumah sakit. Oleh karena itu, Yakobus berusaha mencari ambulans untuk membawa YS ke Medan.
YS rencana akan dibawa ke RSUP Adam Malik Medan. Namun, saat memasuki Pancur Batu, Deli Serdang, YS menghembuskan napas terakhirnya.
“Rencana mau ke (RSUP) Adam Malik, rupanya sampai Pancur Batu nggak sanggup lagi dia, udah meninggal lah sebelum Pancur Batu itu,” tutupnya.***dtc/mpc/bs