KLHK Ungkap Penyebab Banjir Bandang di Humbahas: Hujan-Pendangkalan Sungai

Medan(MedanPunya) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengungkapkan penyebab banjir bandang di Humbang Hasundutan (Humbahas). Curah hujan yang tinggi hingga pendangkalan sungai dinilai sebagai penyebab banjir.

Direktur Perencanaan dan Pengawasan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, M. Saparis Soedarjanto, mengatakan penyebab banjir yaitu curah hujan yang tinggi pada hulu DTA sebesar 41 mm/hari, yang menghasilkan debit aliran 20,3 m³/detik. Jumlah ini melebihi kapasitas pengaliran normal di angka 2,8 m³/detik.

“Jadi berdasarkan analisis yang kami lakukan, penyebab banjir adanya curah hujan yang tinggi, sementara kapasitas pengaliran sungai lebih kecil dari debit banjir,” kata M Saparis Soedarjanto dalam keterangannya, Rabu (6/12).

Daerah aliran sungai (DAS) Asahan Toba yakni Sub Subdas Nambunga yang ada di lokasi mengalami pendangkalan. Sehingga sungai tidak mampu menampung dan mengalami luapan.

“Pendangkalan pada alur sungai semakin menurunkan kapasitas pengaliran, sehingga luapan meningkat,” ucapnya.

Dari hasil pengamatan KLHK, didapat material yang terbawa banjir merupakan hasil longsoran tipe ‘rock fall’ atau runtuhan. Proses longsor tipe rock fall ini juga menghasilkan materian endapan yang didominasi oleh gravel.

“Hal ini sejalan dengan konfigurasi topografis DTA banjir dan jenis batuannya yang terdiri dari batu lempung yang mudah hancur dan bersifat lepas-lepas. Areal ini merupakan batuan sedimen hasil pengendapan berbeda periode. Selain itu, akibat proses litostatis, tekanan dari lapisan atasnya berupa endapan baru, misal abu volkan dari letusan Toba sehingga bentuknya pipih-pipih dan mudah hancur,” ungkapnya.

Analisis peta tutupan lahan menunjukkan DTA banjir terdiri dari pertanian lahan kering 320,64 ha, dan semak/belukar 157,64 ha. Kemudian, dari tingkat lahan kritisnya berada dalam kondisi kritis 151,34 ha; agak kritis 133,96 ha; dan potensial kritis 192,99 ha. Sementara peta fungsi kawasan DTA banjir menunjukan areal berupa APL 379,88 ha; Hutan Lindung 95,31 ha; dan tubuh air 3,09 ha.

Sehingga pihaknya menyimpulkan jika perlu dibuat bangunan konservasi tanah dan air di sekitar lokasi. Pelebaran dan pengerukan sungai hingga rehabilitasi hutan juga dinilai sebagai solusi untuk memperbaiki masalah tersebut.

“Adapun solusi yang perlu dilakukan ke depan di antaranya pembuatan bangunan konservasi tanah dan air. Pelebaran dan pengerukan alur sungai juga perlu dilakukan yang disertai dengan rehabilitasi hutan dan lahan pada lahan kritis di bagian hulunya. Selain itu, sosialisasi pemahaman konservasi tanah dan RHL serta tanggap bencana pada masyarakat juga penting untuk dilakukan,” tutupnya.

Sebelumnya, banjir bandang dan longsor di Desa Simangulampe, Humbahas, Jumat (1/12). Terdapat 12 warga yang dilaporkan hilang saat bencana alam itu.

Namun, sejauh ini sudah ada dua korban yang telah ditemukan. Sedangkan 10 lainnya masih terus dilakukan pencarian.***dtc/mpc/bs

 

Berikan Komentar:
Exit mobile version