Dituduh Meretas Kantor Pemerintahan AS, China: Cuma Lelucon Trump

Beijing(MedanPunya) China pada Senin (21/12) mengatakan, twit Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang menuding Beijing ikut terlibat dalam peretasan lembaga pemerintahan AS, adalah lelucon bermotif politik.

Trump berkata telah mengendalikan peretasan besar-besaran yang menimpa lembaga-lembaga seperti Kementerian Keuangan dan Departemen Keamanan Dalam Negeri.

Namun dalam seutas twitnya, dia tidak yakin dengan pendapat pemerintahannya bahwa Rusia menjadi dalang peretasan itu, tetapi China-lah yang mungkin melakukannya. Meski begitu Trump tidak memberikan bukti apa pun.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin tidak langsung menyangkal keterlibatan Beijing, tetapi menyebut tuduhan AS itu mengada-ada dan kontradiktif.

“Tuduhan yang dibuat oleh AS terhadap China selalu menjadi lelucon, karena motif politik,” kata Wang dalam jumpa pers.

“AS telah mempolitisasi masalah keamanan siber, terus menyebarkan informasi palsu tanpa bukti konklusif… dalam upaya untuk menghancurkan citra China dan menyesatkan komunitas internasional,” tambahnya.

Sebelumnya pada Juli dua warga China didakwa AS karena hendak mencuri data penelitian vaksin virus corona dan meretas ratusan perusahaan.

Tindakan Washington itu disebut Beijing sebagai fitnah.

Sementara itu kicauan Trump pada Sabtu (19/12) bertentangan dengan komentar Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo sehari sebelumnya, tentang sumber dan keparahan serangan siber itu.

Pompeo menuturkan, serangan itu cukup jelas adalah ulah Rusia dan ada upaya terlihat menggunakan software pihak ketiga untuk menjebol sistem pemerintahan AS.

Para pakar siber mengatakan, serangan itu dapat berdampak luas dan butuh waktu berbulan-bulan untuk dipecahkan.

Sejumlah petinggi “Negeri Paman Sam” lainnya juga menuding Rusia sebagai aktor peretasan itu, dan tidak ada yang mengarahkan telunjuk ke Beijing.

Namun Rusia membantah mereka berada di balik layar serangan siber tersebut.

Sebagai presiden, Trump sendiri kerap tidak memandang Rusia sebagai ancaman, termasuk menampik Moskwa ikut campur pemilu AS 2016 meski ada temuan dari badan intelijen Amerika Serikat.***kps/mpc/bs

 

Berikan Komentar:
Exit mobile version