Ankara(MedanPunya) Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menuturkan bahwa pembicaraan dengan Finlandia dan Swedia soal bergabungnya dua negara itu dengan aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) tidak mencapai ‘level yang diharapkan’.
Ditegaskan Erdogan bahwa Ankara tidak bisa mengatakan iya kepada negara-negara ‘pendukung terorisme’. Demikian seperti disampaikan Erdogan seperti dilansir televisi pemerintah TRT Haber, Senin (30/5).
Turki diketahui keberatan jika Finlandia dan Swedia bergabung NATO, sehingga menahan kesepakatan yang memungkinkan perluasan historis aliansi pertahanan Barat itu menyusul invasi Rusia ke Ukraina.
Penegasan terbaru Erdogan itu mengindikasikan bahwa sikap Turki menentang bergabungnya Finlandia dan Swedia dengan NATO akan terus berlanjut.
“Selama Tayyip Erdogan menjadi kepala Republik Turki, kita tentu saja tidak bisa mengatakan ‘iya’ kepada negara-negara yang mendukung terorisme, bergabung dengan NATO,” tegas Erdogan kepada wartawan setempat usai kembali dari kunjungan ke Azerbaijan pada Sabtu (28/5) waktu setempat.
Dua sumber sebelumnya menuturkan kepada Reuters bahwa pembicaraan pada Rabu (25/5) lalu dengan delegasi Finlandia dan Swedia memberikan sedikit kemajuan, namun tidak jelas kapan pembicaraan lebih lanjut akan digelar.
Diketahui bahwa seluruh 30 negara anggota NATO harus menyetujui rencana untuk memperluas NATO.
Turki keberatan Finlandia dan Swedia bergabung NATO dengan alasan negara-negara itu dianggap menampung orang-orang terkait kelompok militan Partai Pekerja Kurdistan (PKK) dan pihak lainnya yang dianggap teroris, dan karena negara-negara itu menghentikan ekspor senjata ke Ankara tahun 2019.
“Mereka tidak jujur atau tulus. Kita tidak bisa mengulang kesalahan yang dilakukan di masa lalu terkait negara-negara yang merangkul dan memberi makan teroris semacam itu di NATO, yang merupakan organisasi keamanan,” tegas Erdogan dalam pernyataannya.
Finlandia dan Swedia menegaskan pihaknya mengecam terorisme dan menyambut baik peluang untuk berkoordinasi dengan Ankara.
“Upaya-upaya diplomatik sedang berlangsung. Kita menolak untuk berkomentar lebih lanjut pada saat ini,” ucap Menteri Luar Negeri Swedia Ann Linde dalam pernyataan via email kepada Reuters, menyusul pernyataan terbaru Erdogan.
Erdogan dalam pernyataannya juga menegaskan bahwa Turki ingin melihat berakhirnya perang antara Rusia dan Ukaina sesegera mungkin, tapi situasinya menjadi semakin negatif setiap harinya.
“Pada Senin (30/5), saya akan melakukan panggilan telepon dengan Rusia dan Ukraina. Kita akan terus mendorong pihak-pihak untuk mengopeasikan saluran dialog dan diplomasi,” cetusnya.***dtc/mpc/bs