Brussel(MedanPunya) Perdana Menteri (PM) Ukraina Denys Shmygal secara terang-terangan menuduh Rusia berada di balik rencana kudeta terhadap pemerintah yang sah.
Pernyataan tersebut disampaikan Shmygal pada Selasa (30/11) di Brussel, Belgia, mengutip laporan intelijen.
Sebelumnya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy menyebutkan adanya upaya kudeta untuk menggulingkan pemerintahannya.
Zelenskiy mengatakan, upaya kudet tersebut melibatkan beberapa individu dari Rusia. Namun, dia tidak mengatakan apakah dia yakin Kremlin berada di balik plot tersebut.
Kremlin membantah dan mengatakan sama sekali tidak terlibat dalam upaya kudeta dan menolak tuduhan bahwa mereka berusaha untuk mengacaukan Ukraina.
“Kami memiliki data rahasia yang menunjukkan niat khusus (untuk memicu kudeta),” kata Shmygal.
Ketika ditanya apakah Rusia berada di belakangnya, dia menjawab, “Tentu saja.”
Dia menambahkan, peningkatan militer Rusia di perbatasan Ukraina adalah bagian dari upaya Moskwa yang lebih luas untuk mencegah Kiev bergabung dengan Uni Eropa.
“Mereka sedang mempersiapkan sesuatu,” kata Shmygal tentang Rusia, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Shmygal sedang berada di Brussel untuk melakukan pembicaraan dengan sejumlah pejabat tinggi Uni Eropa.
Dia menuturkan, intelijen Ukraina mencatat adanya kegiatan dari kekuatan luar yang mencoba memengaruhi oposisi politik di dalam negeri untuk memicu pemberontakan dan kudeta.
“Dalam masyarakat Ukraina, tidak ada suasana revolusioner. Kami memahami ada pengaruh dari luar untuk menegakkan protes di Kiev, untuk membuat mereka lebih kuat. Dinas rahasia kami sedang melakukan penyelidikan khusus,” ujar Shmygal.
Shmygal mengatakan, aspirasi Ukraina untuk bergabung dengan UE adalah salah satu alasan utama alasan “agresi” Rusia, serangan hibrida, pembangunan militer Rusia di perbatasan Ukraina, serta pencaplokan Crimea oleh Moskwa pada 2014.
Kiev juga telah memerangi pemberontakan milisi pro-Rusia di timur negara itu sejak 2014.
Uni Eropa dan Barat terlibat tarik-menarik geopolitik dengan Rusia untuk mendapatkan pengaruh di Ukraina dan dua negara pecahan Uni Soviet lainnya, Moldova dan Georgia.
Shmygal berujar, Ukraina juga mencari lebih banyak dukungan militer dari Amerika Serikat (AS).
“Ini adalah salah satu alasan utama serangan hibrida dari pihak Rusia, karena kami sangat ingin diintegrasikan ke Eropa, memiliki standar hidup Eropa, negara-negara beradab,” katanya.***kps/mpc/bs