Taliban Kuasai Sepertiga Afghanistan Jelang Kepulangan Pasukan AS

Kabul(MedanPunya) Kelompok Taliban dilaporkan sudah menguasai sepertiga Afghanistan, jelang penarikan pasukan AS dan sekutunya.

Sejak terjun 20 tahun silam, AS sudah menggelontorkan hampir 1 triliun dollar untuk mengusir Taliban yang dianggap pemberontak.

Pemberontak makin meningkatkan serangan sejak Presiden Joe Biden mengumumkan penarikan bakal selesai pada 11 September.

Kelompok itu dilaporkan sudah menancapkan pengaruhnya di pedesaan, dan mulai mengancam kota besar seperti Herat maupun Kabul.

Laporan terbaru intelijen AS menyatakan, Taliban bisa menguasai ibu kota Afghanistan dalam enam bulan ke depan.

Wilayah yang dikuasai pemberontak makin meluas dalam dua bulan terakhir, menuai kekhawatiran bakal melancarkan serangan mematikan di musim panas ini.

“Pencapaian ini bisa dikatakan kemenangan terbesar sejak Uni Soviet mundur di 1989,” kata salah satu pengamat.

Skenario ini membuat Biden berdiskusi dengan Presiden Ashraf Ghani, membahas seperti apa masa depan Afghanistan.

Sejak Mei, pemberontak disebut sudah menguasai 69 dari 407 distrik, termasuk yang dianggap markas kuat milik pemerintah.

Kepada NBC News, komandan Taliban di Ghazni mengaku terkejut dengan pencapaian mereka yang secepat ini.

Meski begitu, mereka tidak mencaplok beberapa area agar tidak membuat marah AS, dan menghormati kesepakatan mereka pada 2020.

Rentetan kemenangan itu membuat upaya AS dan sekutunya di NATO saat memutuskan terjun 20 tahun silam seolah sia-sia.

“Negeri Uncle Sam” sudah menghabiskan 815,7 miliar dollar AS untuk perang ini.

Kongres menemukan, 19 miliar dollar AS diselewengkan dan dikorupsi dalam periode Mei 2009 sampai 31 Desmeber 2019.

Belum lagi membahas korban jiwa. Pemerintah Afghanistan mengestimasi 66.000-69.000 tentaranya gugur.

Sementara badan pemantau PBB menyatakan, sebanyak 72 jurnalis dan 444 pekerja kemanusiaan juga terbunuh.

PBB menghitung setidaknya 11.000 rakyat Afghanistan tewas atau terluka sejak memulai penghitungan korban pada 2009.

Keluhan juga datang dari internal militer, yang mereka mengaku kalah jumlah hingga tak digaji layak selama 20 tahun konflik.

Seorang pejuang pemerintah, Sohrab Azimi, tewas bersama 22 orang lainnya dalam baku tembak di Distrik Dawlat Abad.

Petarung lain, Mohammed Nasim, mengungkapkan bagaimana dia terpaksa makan rumput karena dikepung Taliban selama sebulan.

Dia tetap melawan, termasuk berusaha mengeluarkan pecahan peluru dari kakinya menggunakan pisau, hingga dia diselamatkan.

Pekan ini, pemerintah mengumumkan mobilisasi nasional, termasuk menawarkan kesempatan kepada milisi lokal.

Bill Roggio, editor Foundation for the Defence of Democracies’ Long War Journal berujar mobilisasi ini adalah kegagalan militer.

“Fakta bahwa pemerintah sampai memanggil milisi menunjukkan mereka begitu putus asa,” papar Roggio.***kps/mpc/bs

 

Berikan Komentar:
Exit mobile version