Virus Corona Bikin Ekonomi AS Lebih Anjlok dari Krisis 2008

Jakarta(MedanPunya) Mantan penasihat Barack Obama atau Presiden ke-44 AS, Austen Goolsbee memperingatkan potensi krisis keuangan yang lebih buruk dibandingkan krisis di tahun 2008.

Menurut Goolsbee, siapa pun yang memenangkan pemilihan Presiden mendatang, misalnya saja Joe Biden, akan mewarisi krisis ekonomi yang jauh lebih buruk ketimbang yang dialami Obama pada tahun 2008 silam.

“Siapa pun yang datang ke Gedung Putih pada Januari 2021, percaya atau tidak, mungkin menghadapi kondisi yang lebih buruk daripada pada 2009,” kata Goolsbe.

Menurut Goolsbee yang kala itu menjabat sebagai Ketua Dewan Penasihat Ekonomi Presiden khawatir, bahwa potensi pemulihan ekonomi akan percuma jika pandemi virus Corona (COVID-19) tak segera dihentikan.

Ia pun memperingatkan dampak yang akan terjadi pada dunia usaha. Semakin banyak perusahaan dan unit usaha kecil yang runtuh, pada akhirnya menyebabkan bank-bank menelan kerugian yang besar.

Prediksi itu diperkuat dengan pendapat sejumlah analis yang menyebut bank-bank AS saat ini sedang menghadapi tantangan yang besar. Apalagi, dengan adanya Undang-undang (UU) reformasi keuangan yang baru berusia 10 tahun memaksa bank menambah modal untuk yang menyerap kerugian.

Pemberi pinjaman di AS mengambil aksi cepat menyisihkan puluhan miliar dolar untuk meredam kredit macet. Namun, sejauh ini di antara bank-bank besar, hanya Wells Fargo (WFC) yang mengalami kerugian triwulanan selama pandemi.

Melihat kondisi AS saat ini, seperti melonjaknya angka kematian akibat Corona, dan juga pasien baru di negara bagian Sun Belt termasuk California, Texas, Florida, dan Arizona dinilai sebagai bukti Negeri Paman Sam tersebut sudah kehilangan momentum untuk bangkit.

Menurut data John Hopkins University, lebih dari 146.000 korban jiwa telah berguguran karena pandemi Corona. Sementara itu, menurut mantan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika atau Food and Drug Administration (FDA) Scott Gottlieb, jika penambahan kasus Corona tak ditekan, maka diprediksi korban jiwa bertambah ke angka 300.000 hingga akhir tahun 2020 ini.

Beberapa indikator pertumbuhan ekonomi kembali berkedip kuning. Pasalnya, okupansi atau angka reservasi di restoran-restoran AS kembali menurun, begitu juga dengan penurunan penumpang di sejumlah maskapai yang ditunjukkan dengan menurunnya jumlah pemeriksaan keamanan di bandara yang menggunakan sistem TSA screening. Tak hanya itu, di sektor ritel juga semakin merana karena pengunjung yang anjlok.

Saat ini, jumlah warga AS yang mengajukan tunjangan pengangguran pertama kali meningkat sejak pekan lalu.

“Ini benar-benar bermain dengan api. Mereka harus mengendalikan penyebaran virus. Itulah yang hampir setiap negara seperti Jerman, Korea Selatan, Jepang, dan Selandia Baru telah lakukan,” kata Goolsbee.

Menurut Goolsbee, dampak Corona terhadap perekonomian AS bisa menjadi serius jika penerapan physical atau social distancing dan pemakaian masker tak disosialisasikan.

Namun, Goolsbee masih berharap bahwa Amerika Serikat dapat menangani krisis kesehatan sebelum menelan lebih banyak nyawa dan berdampak lebih luas pada perekonomian.

“Saya sangat optimis bahwa tidak perlu banyak usaha untuk kembali ke jalur di mana kasus Corona berkurang,” tutupnya.***dtc/mpc/bs

Berikan Komentar:
Exit mobile version