Jakarta(MedanPunya) Menteri Agama (Menag) Fachrul Razi menyampaikan duka atas serangan terorisme di Wina, Austria, dan Kabul, Afganistan, yang menimbulkan korban jiwa. Fachrul menyebut aksi terorisme tidak dapat dibenarkan atas alasan apa pun.
“Saya menyampaikan duka mendalam atas jatuhnya korban meninggal dan luka di Wina dan Kabul. Tindakan terorisme seperti ini harus dikecam dan tidak bisa dibenarkan atas alasan apa pun,” kata Fachrul dalam keterangannya, Kamis (5/11).
Ia mengatakan aksi terorisme merupakan persoalan serius bagi kedamaian dunia. Apalagi aksi terorisme kerap menghalalkan segala cara dalam bertindak kekerasan, termasuk dengan justifikasi agama, sehingga tak dapat dibenarkan.
“Ini tidak bisa dibenarkan. Sebab, setiap agama justru menekankan akhlak mulia dalam setiap tindakan karena tujuan yang mulia harus dicapai dengan cara yang mulia pula. Penggunaan kekerasan tidak dibenarkan dalam pandangan logika dan agama mana pun,” ungkapnya.
“Gerakan terorisme juga bisa merongrong sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara,” sambungnya.
Lebih lanjut Fachrul menegaskan setiap gerakan terorisme juga tidak boleh ada dan berkembang di Indonesia. Pemerintah juga melarang keberadaan kelompok Islamic State atau IS di Indonesia.
“Presiden sudah tegas mengatakan bahwa gerakan ini dilarang, tidak boleh berkembang di Indonesia. Karenanya, saya juga mendukung sikap Kemenlu yang mengecam terorisme di Afganistan,” tegasnya.
Fachrul mengatakan pemerintah juga berupaya mencegah paham terorisme di Indonesia. Pemerintah bersama para tokoh agama terus berupaya melakukan penguatan moderasi beragama sebagai upaya membentengi masyarakat dari penetrasi gerakan terorisme dan ekstremisme. Bahkan moderasi beragama sudah masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.
“Presiden Joko Widodo dan Wapres KH Ma’ruf Amin sangat serius dalam program ini. Kita akan terus berupaya melakukan penguatan moderasi beragama, tentu bekerja sama dengan semua pihak, tokoh agama, pimpinan ormas, majelis dan lembaga keagamaan, lembaga pendidikan, dan lainnya,” ucapnya.
Sebelumnya, Kelompok Negara Islam (ISIS) mengklaim secara sepihak bahwa mereka bertanggung jawab atas penembakan brutal di Wina, Austria. Aksi brutal itu telah menewaskan empat orang.
Dilansir AFP, Rabu (4/11) empat orang tewas ketika Kujtim Fejzulai, yang digambarkan sebagai simpatisan ISIS berusia 20 tahun, yang pernah mendekam di penjara, melepaskan tembakan dengan sebuah Kalashnikov (senjata semiotomatis) di daerah sibuk Wina, ibu kota Austria, pada Senin (2/11) malam waktu setempat, sehari sebelum negara itu memasuki lockdown Corona.
Kelompok ISIS–yang mengklaim banyak serangan di Eropa–mengatakan seorang ‘prajurit kekhalifahan’ bertanggung jawab atas pembantaian di Wina, demikian menurut badan propagandanya.
Selain itu, ISIS mengklaim bertanggung jawab atas penembakan brutal yang terjadi di salah satu universitas utama Afghanistan. Penembakan brutal oleh sekelompok orang bersenjata itu terjadi pada Senin (2/11).
“Dua pejuang Negara Islam berhasil menyerang pertemuan yang diadakan oleh pemerintah Afghanistan di Universitas Kabul untuk wisuda hakim dan penyelidik setelah menyelesaikan kursus di universitas,” kata kelompok propaganda bersenjata itu, Amaq, dilansir AFP, Selasa (3/11).
“Kedua pejuang itu menargetkan para lulusan dengan senjata otomatis… kemudian bentrok dengan pasukan keamanan yang menjaga upacara tersebut serta bala bantuan,” tambahnya.
Korban tewas akibat penembakan brutal itu bertambah menjadi 22 orang, sementara puluhan lainnya mengalami luka-luka.***dtc/mpc/bs