Jakarta(MedanPunya) Guru Besar Ilmu Intelijen Negara AM Hendropriyono bicara soal Amerika Serikat (AS) ingin Indonesia memusuhi China dan berteman dengan Israel. Anggota Komisi I DPR RI Fraksi PPP Syaifullah Tamliha menilai memang rayuan AS terhadap Indonesia agar berteman dengan Israel cukup kuat.
“Memang nuansa bujuk rayu Israel melalui corong Amerika Serikat agar Indonesia melakukan hubungan diplomatik dengan Israel terasa betul. Nuansa dengan bujuk rayu di segala sektor, baik kerja sama pertahanan dan ekonomi yang lebih menjanjikan dengan puncaknya kedatangan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Pompeo belum lama tadi,” kata Tamliha kepada wartawan, Rabu (6/1).
“Siapa pun presiden Indonesia yang mengakui eksistensi keberadaan negara Israel bisa dianggap melanggar konstitusi UUD NRI 1945,” imbuhnya.
Namun, menurut legislator yang membidangi pertahanan dan militer ini, posisi Indonesia terhadap Israel tak akan berubah. Sebab, Israel masih melancarkan penjajahan terhadap Palestina.
Hal itu, menurut Tamliha, juga tak akan menggeser posisi Indonesia terhadap Palestina. Posisi tersebut, menurut Tamliha, berkaitan dengan konstitusi Indonesia.
“Saya yakin posisi Indonesia terhadap Palestina tidak akan mengalami pergeseran untuk tetap berjuang dan mendukung kemerdekaan Palestina atas kolonialisme Israel. Sepanjang isi pembukaan UUD NKRI 1945 masih berbunyi bahwa segala penjajahan di dunia ini harus dihapuskan,” ucap Tamliha.
Lebih jauh, Tamliha menilai, jika Indonesia mengakui Israel, itu berdampak meluasnya radikalisme dan terorisme. Hal cukup dikhawatirkan oleh Tamliha.
“Sebagai negara muslim terbesar di dunia, jika ada upaya mengakui Israel sebuah negara yang berdaulat, maka hal itu dapat memicu lahir dan berkembangnya benih-benih radikalisme dan terorisme. Hal ini perlu saya tegaskan bahwa tidak semua aliran agama Islam yang ada di Indonesia memiliki pengetahuan agama yang kaffah (sempurna), walaupun dibungkus dengan istilah toleransi,” imbuhnya.
Sebelumnya, AM Hendropriyono menilai kekuatan asing, khususnya AS lewat CIA, ikut memanfaatkan situasi lewat perang proxy. Salah satu indikasi yang kasatmata adalah kehadiran diplomat Jerman ke markas FPI di Petamburan. Negara-negara sekutu lainnya diperkirakan secara bergilir juga akan turut serta.
“Amerika kan marah karena nggak kebagian investasi di sini. Tujuan dia kan maunya RI ikut musuhi China yang jadi musuhnya,” kata penulis buku ‘Filsafat Intelijen dan Operasi Sandi Yudha’ itu.
Di bawah Presiden Jokowi, Indonesia bukannya menjauhi China malah makin mesra. Nilai investasi riilnya juga terus meningkat di sejumlah proyek infrastruktur. Selain itu, Amerika semakin tidak suka karena Indonesia tak kunjung mau membuka hubungan diplomatik dengan Israel.
“Hampir semua negara Arab kan sudah (berdamai dengan Israel), kecuali Arab Saudi, yang masih nunggu Indonesia,” kata mantan Dan Kodiklat itu.***dtc/mpc/bs