Jakarta(MedanPunya) Harga minyak dunia ikut terpukul karena dampak pandemi COVID-19. Sebab, permintaan minyak turun sejalan dengan turunnya aktivitas masyarakat.
Harga minyak diperkirakan akan bangkit dengan adanya vaksin COVID-19. Hal itu karena masyarakat mulai beraktivitas. Lalu, berapa harga minyak di tahun 2021?
Direktur Utama MedcoEnergi Hilmi Panigoro mengatakan, pada dasarnya tidak ada yang tahu harga minyak ke depan. Ia pun memperkirakan harga minyak secara teknis berdasarkan supply dan demand.
Dia menerangkan, pada tahun ini atau saat pandemi permintaan minyak di berbagai wilayah mengalami penurunan.
“Tahun 2020 dengan adanya COVID, demand itu drop hampir 40% di beberapa tempat ada yang 30%, malah ada di tempat-tempat sampai 50%,” katanya, Selasa (8/12).
Namun, pasokan juga mengalami penurunan. Sebab, sejumlah ladang migas harus tutup sementara karena biaya produksinya mencapai US$ 50 per barel seperti pengembangan laut super dalam.
“Jadi teorinya nih pada saat nanti harga minyak rebound, sebutlah melewati angka US$ 50. Nah lapangan-lapangan mahal ini masih akan nunggu. Sementara kalau vaksin ini beres, orang terbang lagi, turun lagi ke jalan dan lain-lain dengan mobil secara full, demand balik lagi diperkirakan kaurtal III 2021,” paparnya.
Ia memperkirakan harga minyak berada di kisaran di U$ 50 hingga US$ 60 per barel pada tahun depan. Dia bilang, itu juga tergantung berapa realisasi harga minyak di akhir kuartal tahun ini.
“Hari ini saya tetap konservatif, mungkin antara US$ 50-60 tergantung berapa tinggi harga minyak di akhir kuartal ini. Kalau misalnya sekitar US$50-60 mungkin akan stabil,” ujarnya.***dtc/mpc/bs